Profil Lengkap Nasim Khan, Anggota DPR RI Fraksi PKB yang Viral Usulkan Gerbong Khusus Merokok di KAI, Ini Akun Instagramnya

Kamis 21 Agu 2025, 13:48 WIB
H. M. Nasim Khan, anggota DPR RI dari Fraksi PKB, saat menghadiri rapat Komisi VI bersama PT KAI. Usulan gerbong khusus merokok yang ia lontarkan menuai pro dan kontra di masyarakat. (Sumber: Dok/Fraksi DPR PKB RI)

H. M. Nasim Khan, anggota DPR RI dari Fraksi PKB, saat menghadiri rapat Komisi VI bersama PT KAI. Usulan gerbong khusus merokok yang ia lontarkan menuai pro dan kontra di masyarakat. (Sumber: Dok/Fraksi DPR PKB RI)

POSKOTA.CO.ID - Di Kompleks Parlemen Jakarta, H. M. Nasim Khan menyampaikan ide yang langsung menjadi headline di berbagai media: ia meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyediakan gerbong khusus merokok.

Nasim Khan menyebut bahwa kebutuhan ruang merokok seharusnya tetap ada, meski aturan transportasi publik semakin ketat. Ia bahkan mengusulkan konsep “café gerbong” yang bisa menggabungkan aktivitas ngopi dan smoking area agar perokok tetap merasa terakomodasi.

Reaksi publik muncul cepat. Media sosial menjadi ajang diskusi:

  • Pendukung usulan menilai ide ini kreatif, solutif, dan mengurangi potensi pelanggaran aturan merokok sembarangan.
  • Pihak penolak menganggap gagasan ini bertentangan dengan visi hidup sehat dan justru bisa memberi ruang normalisasi rokok di ruang publik.

Dalam konteks demokrasi, perdebatan seperti ini wajar. Publik ingin tahu, siapa sosok Nasim Khan sebenarnya, dan apa latar belakang yang membentuk cara berpikirnya?

Profil Lengkap H. M. Nasim Khan

Biodata Dasar

  • Nama Lengkap: H. M. Nasim Khan
  • Tanggal Lahir: 10 Juni 1975
  • Partai Politik: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
  • Jabatan: Anggota DPR RI Komisi VI (periode 2019–2024, petahana)
  • Istri: Farah Diba
  • Almamater: Institut Teknologi Nasional Malang

Riwayat Pendidikan

  • SD Negeri 1 Asembagus (1981–1987)
  • SMP Negeri 1 Asembagus (1987–1990)
  • SMA Negeri 2 Situbondo (1990–1993)
  • S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (1993–2000)

Pengalaman Kerja & Karier

  • Telkomsel (2000–2001)
  • PT Guna Inti Permata (2003–2005)
  • Khan Group (2006–sekarang)
  • NF Gems and Jewellery (2010–sekarang)
  • Gems Reseth International (2012–2013)
  • Anggota DPR RI sejak 2014 hingga sekarang

Perjalanan karier ini menunjukkan bahwa Nasim Khan bukan figur instan. Ia meniti jalan dari dunia swasta hingga akhirnya berkiprah di panggung politik nasional.

Aktivitas Politik dan Sosial

Di Komisi VI DPR RI, Nasim Khan berperan dalam mengawasi sektor BUMN, perdagangan, investasi, hingga perindustrian. Posisi ini strategis karena menyangkut urat nadi ekonomi.

Namun, ia juga dikenal sebagai politisi yang berani menyuarakan isu keseharian masyarakat, termasuk yang sering dianggap sepele. Usulan gerbong khusus merokok adalah salah satu contohnya isu sederhana, tetapi berdampak luas pada kenyamanan jutaan pengguna transportasi kereta.

Di luar sidang resmi, Nasim Khan aktif di kegiatan sosial. Lewat akun Instagram @nasimkhanindonesia, ia kerap membagikan dokumentasi kegiatan reses, bakti sosial, hingga interaksi langsung dengan masyarakat akar rumput. Hal ini memberi gambaran bahwa ia ingin tetap dekat dengan konstituen, meski berada di lingkaran elit politik.

Pro-Kontra Gerbong Merokok

Dari sudut pandang manusiawi, ide gerbong khusus merokok bisa dibaca dari dua sisi:

  1. Kebutuhan Psikologis Perokok
    Banyak penumpang kereta adalah perokok aktif. Tanpa ruang khusus, sebagian dari mereka kerap “nakal” merokok di toilet atau sela-sela pintu gerbong. Dengan gerbong khusus, kebutuhan mereka tetap terpenuhi tanpa mengganggu penumpang lain.
  2. Hak atas Kesehatan Publik
    Namun, transportasi umum adalah ruang bersama. Menyediakan ruang merokok di dalam rangkaian kereta berpotensi meningkatkan risiko paparan asap bagi non-perokok. Ini bertentangan dengan kampanye hidup sehat dan aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Pertarungan antara kebebasan individu dan kepentingan publik memang sering menjadi titik konflik dalam kebijakan negara. Usulan Nasim Khan memperlihatkan bagaimana isu kecil bisa merefleksikan persoalan besar: sejauh mana negara harus mengatur kehidupan warganya?

Mengapa Usulan Ini Jadi Viral?

Ada beberapa alasan mengapa pernyataan Nasim Khan begitu cepat menyebar:

  1. Isu Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari – kereta api digunakan jutaan orang, dan rokok adalah bagian dari kebiasaan masyarakat.
  2. Kontroversial dan Kontras – di tengah kampanye gaya hidup sehat, muncul ide yang seakan melawan arus.
  3. Figur Publik di Parlemen – ketika seorang wakil rakyat bicara, publik merasa punya hak untuk menanggapi.
  4. Ekosistem Media Sosial – potongan video singkat yang diunggah akun-akun berita membuat isu ini cepat viral.

Hal ini menunjukkan bahwa di era digital, narasi politik tak hanya bertumpu pada isu besar seperti ekonomi atau hukum, tetapi juga bisa lahir dari isu ringan yang dekat dengan keseharian masyarakat.

Baca Juga: Jadwal Pencairan KLJ Agustus 2025 Lengkap dengan Cara Ceknya

Belajar dari Kasus Nasim Khan

Dari sisi unik, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil:

  • Demokrasi adalah ruang debat terbuka. Kritik, dukungan, dan penolakan adalah bagian dari proses.
  • Politisi perlu mengangkat isu mikro. Tidak semua aspirasi rakyat berbentuk proyek infrastruktur besar; terkadang hal sederhana seperti ruang merokok bisa mewakili keresahan nyata.
  • Publik semakin kritis. Setiap ucapan wakil rakyat kini mudah dipantau, dikomentari, bahkan dipelintir. Hal ini menuntut politisi berhati-hati dalam menyampaikan ide.

Sosok H. M. Nasim Khan kini menjadi perbincangan publik, bukan hanya karena posisinya sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKB, tetapi juga karena keberaniannya mengusulkan sesuatu yang dianggap “nyeleneh”: gerbong khusus merokok di kereta api.

Apakah usulan ini akan diwujudkan atau tidak, itu bergantung pada kebijakan PT KAI dan regulasi kesehatan nasional. Namun, yang pasti, langkah Nasim Khan telah membuka ruang diskusi tentang keseimbangan antara kebutuhan individu perokok dan hak publik untuk hidup sehat.

Pada akhirnya, pro-kontra ini bukan sekadar soal rokok, melainkan refleksi bagaimana sebuah negara mengelola ruang publiknya. Dari sini kita bisa melihat wajah demokrasi Indonesia—kadang gaduh, kadang lucu, tapi tetap relevan untuk diperbincangkan.


Berita Terkait


News Update