Dalam tahap awal, banyak produk China dianggap meniru. Namun dalam perkembangannya, inovasi lahir dari hasil penyalinan tersebut.
Shenzhen menjadi contoh kota yang dulunya tertinggal, kini justru lebih maju dibanding banyak ibu kota dunia.
4. Konsistensi dalam Visi
Sejak merdeka tahun 1949, China terus konsisten pada arah pembangunan, tanpa tergoda untuk berganti jalur. Hal inilah yang membedakan mereka dari banyak negara berkembang.
Baca Juga: Kamu Penerima Bansos PKH 2025? Begini Cara Cek Statusnya
5. Kerja Kolektif, Bukan Individualis
Budaya gotong-royong masyarakat China menjadikan mereka kuat dalam membangun jaringan bisnis dan industri. Setiap usaha kecil biasanya memiliki visi kolektif yang mendukung pertumbuhan bersama.
6. Investasi pada Pendidikan Generasi Muda
China mendorong anak muda belajar ke luar negeri untuk kemudian pulang dan mengembangkan industri dalam negeri.
Banyak generasi kedua pebisnis sukses karena mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
7. Adaptasi Cepat terhadap Disrupsi
Pasca pandemi COVID-19, banyak bisnis di dunia kolaps. Namun, China mampu beradaptasi dengan cepat melalui digitalisasi dan transformasi industri.
8. Hidup Sederhana, Bangun Aset Nyata
Alih-alih menghabiskan uang untuk gaya hidup mewah, masyarakat China cenderung mengalokasikan pendapatan pada investasi, aset produktif, dan bisnis jangka panjang.
Nah, banyak pelaku usaha di Indonesia khususnya generasi kedua, gagal mempertahankan kejayaan bisnis keluarga.
"Banyak anak muda pulang dari luar negeri, niatnya membantu usaha orang tua, tapi malah bingung menghadapi disrupsi. Ini yang membedakan kita dengan orang China," jelas sang mentor itu.
Oleh karena itu, pola pikir konsisten, rendah hati, dan berorientasi pada strategi jangka panjang menjadi pelajaran penting bagi Indonesia agar tidak tertinggal lebih jauh.