JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sejumlah warga mengakui tekanan hidup di Jakarta memicu kelelahan pada mental. Masalah tersebut dirasakan Rahma, 25 tahun, karyawan swasta asal Tebet, Jakarta Selatan.
“Jujur aja, hidup di Jakarta itu capek banget. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, rasanya dikejar waktu,” kata Rahma kepada Poskota, Jumat, 28 November 2025.
Rahma tidak bisa mengelak kemacetan hingga biaya hidup mahal di Jakarta, sehingga sederet persoalan tersebut melelahkan untuk kesehatan jiwanya.
“Macet, target kerja, biaya hidup yang makin tinggi lama-lama mental kerasa melelahkan. Jadi kalau angkanya lebih tinggi dari nasional, ya wajar,” ujarnya.
Baca Juga: Kasus Gangguan Kesehatan Jiwa Penduduk Jakarta, Pengamat Ungkap Penyebabnya
Ia menilai perhatian pemerintah terhadap kesehatan mental adalah langkah baik, tetapi warga membutuhkan ruang dan sistem pendukung nyata.
“Yang kami butuhkan bukan cuma acara sosialisasi, tapi tempat curhat yang aman, layanan yang mudah diakses, dan lingkungan yang lebih manusiawi. Jakarta itu keras, tapi kalau warganya didengarkan, beban terasa lebih ringan,” ucapnya.
Senada dengan Rahma, Muthia, 27 tahun, warga Kramat Jati, Jakarta Timur. Muthia menyebutkan, kondisi Jakarta relevan dengan peningkatan angka depresi.
“Menurut saya related aja dengan keadaan Jakarta sekarang, apalagi kemacetan di mana-mana, terus juga ditambah tekanan di tempat kerja,” ucapnya.
Baca Juga: Gangguan Kesehatan Jiwa Warga Jakarta, Pemprov Sebut Imbas Tekanan Hidup di Ibu Kota
Muthia mengatakan, taman sebagai fasilitas publik pelepas penat justru tidak memberikan rasa aman.
