Dari segi pendidikan, hadir universitas ternama seperti Prasetiya Mulya dan Universitas Atma Jaya BSD. Fasilitas umum, hotel berbintang, restoran internasional, hingga kawasan bisnis modern membuat nilai properti di Serpong terus meroket.
Jejak Budaya Tionghoa: Klenteng Boen Hay Bio
Di tengah kemajuan modern, Serpong menyimpan warisan budaya seperti Klenteng Boen Hay Bio, wihara tertua di wilayah ini yang dibangun pada 1694. Klenteng ini telah mengalami renovasi sepuluh kali dan menjadi pusat aktivitas keagamaan umat Buddha serta Tionghoa lokal. Perayaan ulang tahun klenteng setiap bulan keenam kalender Tionghoa menjadi agenda budaya yang meriah.
Baca Juga: SE Terbaru 13 Agustus 2025 Umumkan Tenaga Honorer Lolos PPPK, Berikut Langkah yang Wajib Dilakukan
Kepadatan dan Keberagaman
Berdasarkan data 2023, Kecamatan Serpong berpenduduk 163.451 jiwa dengan kepadatan hampir 1.000 jiwa per km². Masyarakatnya beragam Islam menjadi agama mayoritas (81,70%), diikuti Kristen (15,87%), Buddha (2,10%), Hindu (0,22%), dan Konghucu (0,11%). Keberagaman ini membentuk wajah sosial Serpong yang inklusif.
Bagi sebagian orang yang tumbuh di Serpong sebelum era pembangunan masif, perubahan ini menghadirkan rasa campur aduk. Jalan tanah yang dulu lengang kini diganti aspal dan lalu lintas padat. Kunang-kunang yang menemani malam berganti cahaya lampu kota.
Namun, di balik gedung-gedung tinggi, aroma tanah basah setelah hujan, suara tawa di gang sempit, dan kenangan masa kecil tetap hidup di hati warganya. Serpong bukan hanya titik di peta, melainkan bagian dari identitas dan perjalanan hidup.
Serpong adalah contoh nyata bagaimana sebuah wilayah dapat berubah drastis tanpa melupakan sejarahnya. Dari rawa dan hutan karet, menjadi pusat perlawanan kemerdekaan, hingga kota mandiri modern yang memimpin pertumbuhan ekonomi Tangerang Selatan. Di setiap sudutnya, Serpong menyimpan kisah masa lalu yang layak dijaga, sambil menatap masa depan yang terus berkembang.