Tak Dapat Bantuan dari Pemerintah, Begini Kondisi Keluarga yang Anaknya Putus Sekolah di Cengkareng Jakbar

Kamis 14 Agu 2025, 19:40 WIB
Nur Azizah, salah satu anak yang putus sekolah di rumah kontrakannya di Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis, 14 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

Nur Azizah, salah satu anak yang putus sekolah di rumah kontrakannya di Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis, 14 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

Awal merantau, ia tinggal di Tangerang bersama ibu, ayah, dan kakak laki-lakinya yang saat ini berusia 14 tahun. Okta sendiri memang sejak kecil belum pernah sekolah, bisa dikatakan hanya sampai TK.

Okta tinggal di rumah kontrakan satu petak. Kamar kontrakan yang ditempati tampak sumpek dengan barang-barang yang tidak tertata rapi seperti pakaian yang diletakkan tidak di dalam lemari pakaian.

"Ayah lagi enggak ada, biasanya lagi nyari kerjaan, belum pulang," kata Okta saat ditemui.

Ketua RW 06 Kelurahan Duri Kosambi, Ahmad Baihaqi mengatakan, faktor ekonomi menjadi pemicu anak-anak di wilayahnya tidak bisa sekolah maupun putus sekolah.

Terkait warga seperti Nurhayati yang belum mendapatkan bantuan, Ahmad menyampaikan, bahwa dirinya baru menjabat sebagai ketua RW.

Namun ia berjanji bakal melakukan pendataan warga mana saja yang memang membutuhkan bantuan pemerintah.

Baca Juga: DPRD Jakarta Minta Pemprov Tindak Lanjuti 15 Anak Putus Sekolah

"Karena saya RW baru, pendataan itu dilakukan oleh Dawis dengan data lama. Jadi memang saya juga mau melakukan pendataan ulang," kata dia.

"Supaya nanti kalau ada pembagian bantuan, bantuan yang diberikan juga tepat sasaran," tambah Ahmad.

DPRD Vokasi Warga yang Anaknya Putus Sekolah

Sementara itu, anggota DPRD Jakarta, Lukmanul Hakim, mengatakan, sejauh ini ada sebanyak 48 anak-anak dari Kelurahan Duri Kosambi, Tegal Alur, dan Semanan, yang putus sekolah dan sedang divokasi agar bisa lanjut menempuh pendidikan.

"Rata-rata SD, dan menuju SMP ada juga sebagian," kata dia.

Faktor ekonomi menjadi alasan puluhan anak-anak tersebut tidak bisa melanjutkan sekolah. Namun, harapan mereka kini sudah terang karena bisa kembali sekolah, meski paket.


Berita Terkait


News Update