Baca Juga: Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Melambung, Dinas KPKP Jakarta Ungkap Penyebabnya
Sorotan Publik dan Kritik Pedas
Film Merah Putih: One For All menjadi perbincangan sejak trailer-nya dirilis. Alih-alih mendapat apresiasi, animasi ini justru dibanjiri kritik karena kualitas visual yang dinilai kaku, ekspresi karakter minim, dan detail grafis yang dianggap selevel game PlayStation 2.
Warganet juga menyoroti alur cerita yang dianggap klise, dialog kaku, serta dugaan penggunaan aset 3D dari platform seperti Reallusion. Beberapa adegan bahkan disebut mirip dengan model yang dijual di Content Store, memicu pertanyaan soal orisinalitas.
Yang memperkeruh situasi adalah klaim anggaran produksi mencapai Rp6,7 miliar, angka yang dinilai tidak tercermin dalam kualitas trailer.
Respons Wamen Ekraf
Sebelumnya, Wamen Ekraf Irene Umar melalui akun Instagram @irene_umar mengonfirmasi bahwa pihaknya hanya memberikan masukan teknis, bukan pendanaan.
"Saya menyampaikan beberapa masukan, termasuk yang teknis terkait cerita, karakter looks and feels, trailer, dan lain-lain," tulisnya.
Ia mengapresiasi semangat tim produksi namun menegaskan: "Pemerintah tidak mengucurkan dana maupun memfasilitasi promosi."
Baca Juga: Junaidi Miran Siapa? Sosok yang Diduga Pemilik Karakter Animasi di Film Merah Putih One For All
Proyeksi Penayangan dan Kompetisi Ketat
Film yang disutradarai Endiarto dan Bintang ini rencananya tayang 14 Agustus 2025, bersaing dengan Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle Part 1 yang dirilis sehari setelahnya.
Dengan kontroversi yang mengemuka, publik kini menunggu apakah Merah Putih: One For All bisa membuktikan diri sebagai karya animasi lokal yang layak atau justru semakin tenggelam oleh kritik.