POSKOTA.CO.ID - Film animasi nasional Merah Putih One For All tengah menjadi sorotan publik belakang ini.
Bukan hanya karena kisahnya yang mengangkat tema kebangsaan, tetapi juga karena kontroversi yang menyertainya.
Disutradarai oleh Toto Soegriwo dan diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, film ini dipromosikan sebagai animasi anak-anak Indonesia pertama yang secara eksplisit menonjolkan nilai persatuan dan cinta tanah air.
Proses produksi film ini sendiri mendapat dukungan dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Poster film Merah Putih One For All tersebut resmi menampilkan delapan karakter anak dari latar belakang budaya berbeda, berdiri tegak dengan latar bendera Merah Putih yang berkibar.
Kisahnya berfokus pada persahabatan antara anak-anak dari Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan keturunan Tionghoa, yang tergabung dalam sebuah kelompok bernama Tim Merah Putih.
Di mana, konflik dimulai ketika bendera pusaka yang akan digunakan dalam upacara peringatan 17 Agustus hilang menjelang hari kemerdekaan.
Namun, di tengah kampanye promosi, muncul tuduhan bahwa sebagian karakter dalam film ini diduga menggunakan desain yang mirip atau identik dengan karya milik seniman 3D, Junaidi Miran, tanpa izin resmi.
Dugaan ini memicu perdebatan di media sosial, membayangi pesan positif yang ingin diusung film.
Publik kini menunggu klarifikasi resmi dari pihak produksi, sementara isu hak cipta ini kian memperluas sorotan terhadap film Merah Putih One For All.