POSKOTA.CO.ID - Dalam ekosistem kripto yang terus berkembang, pemahaman mengenai tokenomik suatu proyek blockchain menjadi fondasi penting sebelum mengambil keputusan investasi.
Tokenomik tidak hanya membahas struktur distribusi token, tetapi juga mencakup model inflasi, mekanisme konsensus, serta skema insentif bagi pengguna dan validator.
Dua jaringan yang kerap dibandingkan dalam aspek ini adalah Solana (SOL) dan Ethereum (ETH).
Keduanya memiliki pengaruh besar di pasar kripto, namun menawarkan pendekatan yang berbeda dalam membangun ekosistem ekonominya.
Baca Juga: Pinjaman Modal Usaha Rp150 Juta KUR BRI 2025, Bunga 6 Persen Cicilan Mulai Rp3 Jutaan
Solana dikenal berkat kecepatan tinggi dan biaya transaksi yang rendah, sedangkan Ethereum telah lama menjadi pionir dengan ekosistem matang dan inovasi tokenomik yang adaptif.
Bagi investor, perbandingan mendalam antara tokenomik keduanya dapat menjadi bahan pertimbangan strategis, terutama bagi mereka yang memantau pergerakan harga SOL maupun ETH untuk jangka panjang.
1. Mekanisme Konsensus dan Dampak terhadap Tokenomik
Solana mengadopsi mekanisme Proof of History (PoH) yang dipadukan dengan Proof of Stake (PoS). Ethereum, sejak pembaruan besar "The Merge," beralih dari Proof of Work ke PoS.
Perbedaan ini memengaruhi cara insentif dibagikan kepada validator. Di jaringan Solana, kecepatan transaksi yang sangat tinggi menyebabkan biaya transaksi rendah, sehingga pendapatan validator lebih bergantung pada reward inflasi SOL.
Sebaliknya, Ethereum mengandalkan biaya transaksi (gas fee) yang lebih besar, membuat model ekonominya bergantung pada aktivitas jaringan. Hal ini menciptakan dinamika permintaan yang kompleks bagi ETH.
Baca Juga: 5 Istilah Keuangan Gen Z Tren di Media Sosial, Cek Apa Saja!