Pedagang Ikan Hias di Gunung Sahari Jakpus, Bertahan Meski Persaingan Ketat

Rabu 06 Agu 2025, 16:27 WIB
Situasi pedagang Lokasi Sementara (Loksem) Bursa Ikan Hias Kartini, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu, 6 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/Muhammad Tegar Jihad)

Situasi pedagang Lokasi Sementara (Loksem) Bursa Ikan Hias Kartini, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu, 6 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/Muhammad Tegar Jihad)

Lebih lanjut, ia berharap ada perhatian dari pemerintah, terutama soal bantuan permodalan dan keringanan retribusi.

"Kalau bisa sih dibantu. Sekarang pemasukan nggak ada, tapi retribusi tetap jalan. Gimana bisa bertahan?" tuturnya.

Hal senada diungkapkan Tabrani, 46 tahun, yang sehari-hari juga menjajakan ikan hias di tempat yang sama, mengeluhkan hal serupa.

Baca Juga: Saham GOTO Diborong Asing! Danantara Bidik Investasi Strategis, Pasar Langsung Meroket

Sebelumnya, ia bisa meraup omzet hingga Rp1-2 juta per hari. Jangankan untung, kini untuk makan sehari-hari saja sering harus berhemat.

"Sehari paling dapat Rp100.000–Rp200.000. Itu pun nggak tentu. Kadang laku hari ini, besok nggak ada pembeli sama sekali," ucap Tabrani.

Tabrani mengambil stok ikannya dari Parung, tempat yang memang jadi pusat grosir ikan hias bagi para pedagang. Namun, minimnya permodalan membuat ia tidak bisa membeli dalam jumlah banyak.

"Kalau saya ini ngambil ikannya di Parung gitu, kalau Parung itu khusus pedagang, karena satu kantong itu banyak gitu kantong itu isinya puluhan ikan, 100 gitu juga kita ngambil 50 saya di sana kalau ngambil 100 ribu, 200 ribu, 300 ribu, jadi saya melihat juga di sana emang khusus buat pedagang gitu," kata dia.

Baca Juga: Dinas PPKUKM Jakarta Sebut Pedagang Pasar Barito Memang Sudah Harus Pindah

Ikan-ikan yang ia jual bervariasi, mulai dari Rp1.500 hingga ratusan ribu. Tapi sepi pengunjung membuat omzet semakin menurun drastis.

"Ikan paling murah 1.500, paling mahal bisa 100 ribu, 200 ribu," ujarnya. (CR-4)


Berita Terkait


News Update