Biaya Transportasi Kian Mencekik, Warga Bekasi Bingung Antara Nabung Beli Motor atau Tetap Naik Umum

Senin 04 Agu 2025, 19:03 WIB
Sejumlah warga sedang menunggu angkot di sekitar Stasiun Bekasi pada Senin, 4 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Sejumlah warga sedang menunggu angkot di sekitar Stasiun Bekasi pada Senin, 4 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Annisa mengaku, ingin membeli motor agar mobilitasnya lebih cepat dan fleksibel. Namun, dengan gaji sebagai guru honorer, ia belum berani mengambil cicilan kendaraan.

“Saya masih mikir-mikir, kalau semua uang ditabung untuk beli motor, nanti ongkos harian bagaimana? Tapi kalau terus naik umum juga berat di kantong. Jadi serba salah,” tuturnya.

Baca Juga: Biaya Transportasi Bekasi Tertinggi se-Indonesia, Wali Kota Janji Tambah Angkutan Umum

Kendati mahal, baik Nanda maupun Annisa mengakui transportasi umum tetap punya sejumlah keunggulan. Ongkos KRL masih tergolong murah dibandingkan bahan bakar kendaraan pribadi. Selain itu, penggunaan transportasi umum mengurangi stres menghadapi kemacetan, dan lebih ramah lingkungan.

Di sisi lain, kurangnya akses angkutan penghubung dari permukiman menuju stasiun atau halte menjadi keluhan utama.

Mereka sering kali harus menambah ongkos untuk ojek online atau berjalan cukup jauh. Fasilitas yang belum merata ini membuat transportasi publik terasa tidak efisien bagi sebagian warga.

"Kalau bisa naik kereta dari depan rumah langsung ke tempat kerja sih enak ya. Tapi faktanya kan enggak gitu. Harus ojek dulu ke stasiun, baru naik kereta, lanjut lagi. Capek juga," ucapnya.

Mereka berharap Pemerintah Kota Bekasi dapat memperbanyak akses angkutan pengumpan (feeder) dan memperluas jangkauan rute transportasi massal agar warga tidak terus-terusan terbebani ongkos besar.

“Semoga ke depan lebih banyak akses langsung ke perumahan-perumahan. Supaya warga enggak mikir dua kali untuk tetap pakai transportasi umum,” pungkas Annisa. (CR-3)


Berita Terkait


News Update