BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Biaya transportasi di Kota Bekasi yang disebut-sebut tertinggi di Indonesia semakin dirasakan dampaknya oleh warga, terutama mereka yang belum memiliki kendaraan pribadi.
Sejumlah warga mengaku, bingung harus memilih antara terus mengandalkan transportasi umum yang kurang menjangkau seluruh area, atau menyisihkan pendapatan untuk membeli kendaraan pribadi, seperti sepeda motor agar lebih hemat dalam jangka panjang.
Nanda Rifani, 32 tahun, warga Margahayu, Kota Bekasi, yang bekerja di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Cerita Pejuang Rupiah asal Bekasi, Kurang Piknik karena Gaji Habis untuk Transportasi
Setiap hari, ia menggunakan KRL dari Stasiun Bekasi, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek online. Biaya transportasi bulanannya bisa menyentuh hampir satu juta rupiah.
"Kalau dihitung-hitung memang berat, ya. Untuk top up kartu kereta dan ongkos ojek online saja bisa habis Rp1 juta sebulan," ujar Nanda saat ditemui usai turun dari KRL di Stasiun Bekasi, Senin, 4 Agustus 2025.
"Kalau mau nabung beli motor, ya pengeluaran harus ditekan, dan harus beralih memikirkan biaya bensin dan parkir," katanya.
Nanda mengaku, sempat mempertimbangkan membeli sepeda motor, namun biaya hidup dan cicilan lain membuatnya harus menunda.
“Satu sisi, punya motor bisa lebih hemat buat jangka panjang. Tapi di sisi lain, saya pikir, macetnya Jakarta juga bikin naik motor malah makin stres. Belum lagi biaya bensin, parkir, dan risiko keamanan,” jelasnya.
Senada disampaikan Annisa Fitri, 25 tahun, warga Bekasi Timur, yang sehari-harinya menggunakan kereta untuk menuju tempatnya mengajar di wilayah Jakarta Timur. Ia belum memiliki kendaraan pribadi dan bergantung sepenuhnya pada transportasi publik.
“Naik kereta lumayan hemat dibanding ojek online. Tapi tetap saja, ongkos dari rumah ke stasiun, lalu lanjut jalan kaki atau naik angkutan ke sekolah itu, memakan waktu dan biaya. Belum lagi kalau macet dan hujan, makin repot,” kata Annisa.