Banyak rekannya mengatakan bahwa Nabae adalah "jembatan antara Jepang dan Indonesia", yang mendorong transfer teknologi, pelatihan sumber daya manusia, dan komitmen pada prinsip keberlanjutan.
Salah satu inisiatif penting yang ia dorong adalah pelatihan bagi pekerja lokal agar mampu mengoperasikan mesin-mesin berteknologi tinggi dari Jepang tanpa tergantung pada teknisi asing.
Kisah Yukihiro Nabae tidak hanya menggambarkan seorang pemimpin perusahaan, tetapi juga menggambarkan seorang manusia yang menanamkan nilai-nilai integritas, kesederhanaan, dan kerja keras di negeri orang.
Dalam budaya kerja yang kerap penuh tekanan, Nabae justru dikenal sebagai pemimpin yang memahami pentingnya keseimbangan hidup. Ia bahkan pernah menyampaikan dalam sebuah seminar internal, bahwa “produktivitas hanya bisa muncul dari manusia yang dihargai dan dimanusiakan.”
Momen-momen kecil seperti menyapa staf kebersihan atau memuji teknisi yang bekerja lembur menjadi bukti bahwa ia bukan sekadar atasan, melainkan panutan.
Ucapan Duka dan Penghormatan dari Publik
Kabar meninggalnya Yukihiro Nabae menyebar cepat di media sosial. Salah satu yang turut mengungkapkan duka adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Cellica Nurrachadiana. Dalam unggahannya di Instagram, ia menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan mengunggah foto Nabae.
“Sosok beliau sangat bersahaja, penuh integritas, dan berkontribusi besar pada dunia industri Indonesia, khususnya di Karawang. Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya,” tulis Cellica dalam unggahan tersebut.
Banyak juga warganet yang turut mengenang interaksi singkat mereka dengan Nabae, terutama dari karyawan atau pihak vendor yang pernah bekerja sama dengannya.
Baca Juga: 5,3 Hektare Lahan di Jakarta Timur Disulap Jadi Ruang Terbuka Hijau
Warisan yang Ditinggalkan
Yukihiro Nabae mungkin telah tiada, tetapi warisan yang ia tinggalkan di industri, organisasi, dan hati banyak orang akan terus hidup. Ia adalah contoh bahwa seorang ekspatriat dapat membaur, berkontribusi, dan dicintai oleh komunitas lokal karena integritas dan rasa hormatnya terhadap budaya tempat ia berkarya.
Kepergian Nabae mengingatkan bahwa keselamatan di jalan raya masih menjadi isu kritis di Indonesia. Diperlukan pembenahan sistem transportasi, mulai dari pelatihan sopir, perawatan kendaraan berat, hingga pengawasan ketat terhadap SOP berkendara, terutama di jalan tol yang sering kali memakan korban jiwa.
Kisah hidup Yukihiro Nabae tidak hanya layak dikenang karena jabatan yang ia emban, tetapi karena nilai-nilai kemanusiaan yang ia bawa dalam setiap peran profesionalnya. Ia bukan sekadar ekspatriat atau direktur perusahaan asing. Ia adalah pribadi yang membuktikan bahwa kepemimpinan bisa dijalankan dengan empati, profesionalisme, dan keteladanan.