POSKOTA.CO.ID - Ingin kaya raya berlimpah harta adalah sifat manusia. Begitu pun ingin hidup dengan banyak uang tidaklah dilarang.
Yang dilarang jika mengumpulkan banyak harta dengan menghalalkan segala cara, seperti menerima gratifikasi, pungli, manipulasi dan korupsi. Terlebih , jika dengan harta yang dimilikinya digunakan untuk memperdaya orang lain.
“Hidup berlebihan juga tidak dilarang kan?,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Nggak juga, itu hak pribadi masing – masing, sepanjang mampu hidup berlebihan karena memang harta bendanya berlebih. Beda, jika tak punya harta maunya hidup berlebihan itu namanya, menggantang asap,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Konsisten Pencitraan, Minim Capaian
“Tapi ingat hidup berlebihan memang tidak dilarang, tetapi dari sisi moral tidak sejalan dengan jati diri bangsa karena dapat memperlebar kesenjangan sosial,” kata Heri.
“Agama apa pun mengajarkan pemeluknya menjauhi hidup berlebihan sampai melampaui batas. Pola hidup semacam itu mencerminkan keserakahan, cermin perilaku yang tidak pernah merasa cukup atas segala nikmat yang telah didapatkan,” jelas mas Bro.
“Jadi topik obrolan kali ini soal keserakahan? Sekarang lagi banyak diperbincangkan publik tentang “serakahnomic”,” ujar Yudi.
“Tapi apa pun alasannya, kata orang serakah itu hidupnya tidak akan berkah.
Seseorang yang serakah akan terus mencari dan mencari untuk memenuhi hasrat hatinya, nafsu memiliki yang tiada batas rasa puas,” kata Heri.
“Karenanya sikap serakah tak saja merugikan orang lain, malah saatnya dapat mendatangkan malapetaka bagi dirinya sendiri. Mereka yang serakah cenderung mudah iri, “ jelas mas Bro.
“Kalau orang selalu iri, hidupnya kemrungsung, tidak akan pernah tenang dan nyaman. Akhirnya tidak bahagia, karena selalu merasa kurang,” ujar Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Usulan yang Menantang