Kisah Perjalanan Timothy Ronald: Dari Pedagang Sedotan hingga Jadi Raja Kripto Indonesia

Minggu 27 Jul 2025, 08:22 WIB
Potret Timothy Ronald. (Sumber: Instagram/@timothyronald)

Potret Timothy Ronald. (Sumber: Instagram/@timothyronald)

POSKOTA.CO.ID - Timothy Ronald bukan hanya sekadar influencer keuangan biasa. Di tengah gempuran informasi seputar saham, kripto, dan cuan cepat, muncul satu nama yang konsisten mengedukasi dan bukan sekadar memamerkan kekayaan.

Ia bukan figur yang muncul instan. Timothy dibentuk oleh kegagalan, jatuh bangun, serta keputusan-keputusan berani yang tidak semua anak muda berani ambil.

Lahir dari keluarga biasa, Timothy sudah menunjukan minat luar biasa terhadap dunia investasi sejak remaja. Tokoh seperti Warren Buffett bukan hanya inspirasi baginya, tapi juga guru melalui deretan buku-bukunya.

Dari sana, cita-cita Timothy mulai terbentuk: menjadi investor sukses, bukan hanya demi kekayaan, tetapi juga agar bisa menciptakan dampak sosial nyata.

Baca Juga: Siapa Papipul? Diduga Sosok di Balik DJ Panda Diboikot Klub Malam, Dekat dengan Erika Carlina dan DJ Bravy

Kegagalan Awal: Jual Pomade Gagal, Jual Sedotan Ditolak

Kebanyakan remaja usia 15 tahun mungkin masih sibuk dengan tugas sekolah atau bermain. Tapi tidak dengan Timothy. Ia memulai bisnis pertamanya dengan menjual pomade. Sayangnya, pomade buatannya tidak laku. Ia gagal.

Namun dari sini, Timothy belajar satu hal penting: gagal bukan akhir, tapi awal pembelajaran. Ia pun mencoba ide baru: menjual sedotan stainless yang ramah lingkungan. Kali ini pun, awalnya tak mudah. Ia berkeliling kafe demi menawarkan produknya, namun seringkali gagal menemui pemilik usaha.

Di titik inilah banyak orang menyerah. Tapi Timothy memilih untuk beradaptasi. Ia mempelajari Facebook Ads, strategi pemasaran digital yang kala itu masih minim digunakan pelaku usaha kecil. Hanya dengan modal Rp3.000 per buah sedotan dari Tiongkok dan kreativitas iklan, ia berhasil menjualnya seharga Rp28.000. Boom! Pesanan membanjir.

Tak disangka, dari bisnis kecil ini, Timothy berhasil mengumpulkan Rp1 miliar pertamanya—sebuah pencapaian luar biasa bagi anak usia belasan tahun.

Rp1 Miliar yang Diinvestasikan, Bukan Dihabiskan

Ketika sebagian orang akan memilih membeli mobil atau barang mewah dari Rp1 miliar pertama mereka, Timothy justru berpikir ke depan. Ia mendirikan platform edukasi finansial bernama Ternak Uang, dengan visi sederhana tapi berdampak: membuat literasi keuangan jadi makanan sehari-hari anak muda.

Langkah ini bukan hanya memberi cuan, tapi juga posisi. Ternak Uang berhasil menjadi pionir edukasi finansial digital yang membumi. Dari sana, ia kemudian mendirikan Akademi Crypto, sebagai respon atas minimnya literasi kripto di Indonesia.


Berita Terkait


News Update