POSKOTA.CO.ID - Menjadi pemimpin yang istikamah adalah harapan dan doa seluruh rakyat. Siapa pun yang menjadi pemimpin, di level manapun memimpin, diharapkan selalu bersikap istikamah dalam menjalankan tugasnya.
Doa semacam ini acap dilantunkan dalam berbagai kesempatan, utamanya pada momen acara – acara – acara seremonial maupun rumah – rumah ibadah.
“Betul, Jumat kemarin pada penutup khotbah, sang khatib menyelipkan doa agar para pemimpin negeri kita selalu berteguh hati membawa kebaikan dan kemajuan bagi kita semua. Berteguh hati dalam menegakkan kebenaran, yang benar adalah benar, yang salah adalah salah...” ujar mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, bung Heri dan bang Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Usulan yang Menantang
“Nggak ada kata istikamah dalam rangkaian doanya, Bro,” kata Yudi.
“Loh, untuk menyebut istikamah kan tidak harus dengan kalimat langsung. Teguh pendirian dan selalu bersikap konsisten dengan ucapan dan perbuatan itu berarti istikamah,” jelas mas Bro.
“Istikomah itu tegak lurus, tidak belok – belok,” tambah Heri.
“Iya tegak lurus dengan kebaikan, bukan keburukan. Selalu konsisten melakukan dan menciptakan kebaikan. Pemimpin yang istikamah selalu berpegang teguh kepada nilai – nilai kebenaran, keadilan dan integritas dalam setiap tindakannya,” urai mas Bro.
“Tidak tergoda hasutan , jebakan, iming – iming, godaan untuk menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya demi keuntungan pribadi dan keluarganya serta koleganya,” lanjut Heri.
“Kalau sampai terjerat gratifikasi dan korupsi, bagaimana ?,” tanya Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Bagaikan Adik Kakak