Langkah-Langkah Keluar dari Kemiskinan ala Timothy Ronald, Simak Penjelasannya

Kamis 24 Jul 2025, 10:13 WIB
Langkah-langkah keluar dari kemiskinan ala Timothy Ronald. (Sumber: PxHere)

Langkah-langkah keluar dari kemiskinan ala Timothy Ronald. (Sumber: PxHere)

POSKOTA.CO.ID – Investor dan pengusaha muda Timothy Ronald memaparkan pendekatan personalnya untuk keluar dari kemiskinan melalui strategi pengelolaan keuangan berbasis human capital dan financial capital.

Timothy Ronald menyatakan bahwa sebagian besar saran keuangan yang beredar di media sosial dan diberikan oleh konsultan finansial justru seringkali menyesatkan dan tidak aplikatif bagi masyarakat umum yang masih berada pada fase awal mengumpulkan kekayaan.

“Lu belajar sama orang gembel, lu akan jadi orang gembel juga,” ujar Timothy Ronald, dikutip dari kanal YouTube miliknya.

Ia menyinggung praktik menyewa penasihat keuangan yang menurutnya tidak relevan jika penasihat tersebut sendiri belum memiliki kekayaan substansial.

Baca Juga: Duit Selalu Habis di Tengah Bulan? Terapkan Cara Ngatur Uang ala Timothy Ronald

Timothy Ronald menekankan bahwa kekayaan sejati dibangun bukan hanya dari aset finansial, tetapi dari kemampuan individu (human capital) untuk menghasilkan pendapatan. Ia menjelaskan bahwa masa muda adalah masa paling produktif dan ideal untuk bekerja keras serta menabung dalam jumlah besar.

“Masa muda justru hajar yang kerja paling tinggi. Karena energi lu paling banyak, lu berpotensi dapat duit juga paling banyak di masa muda,” ujarnya.

Ia juga memperkenalkan konsep saving rate, rasio antara jumlah uang yang ditabung dibandingkan dengan total pendapatan, sebagai indikator utama untuk membangun kekayaan jangka panjang. Ia menyarankan agar masyarakat menabung hingga 80% dari penghasilan mereka jika memungkinkan.

“Gua ngajarinnya delapan puluh! Ya, ini angkanya sweet spot nih ya. Parah itu delapan puluh dua puluh. Delapan puluh persen berani minum!” kata Timothy Ronald.

Baca Juga: Step by Step Menabung Uang Menurut Timothy Ronald

Ronald juga menyatakan bahwa banyak orang terlalu cepat melakukan diversifikasi aset ketika mereka belum memiliki cukup modal. Ia menyarankan untuk menghindari pendekatan “portofolio seimbang” ketika nilai aset masih terbatas, dan justru fokus pada satu jenis aset yang berpotensi tinggi (single concentrated asset class position).


Berita Terkait


News Update