Daeng Andi Latif, 67 tahun, supir angkot di Bekasi yang masih mencari keadilan atas kematian tidak wajar yang menimpa anaknya pada tahun 2009 silam. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

JAKARTA RAYA

16 Tahun Berlalu, Polisi Tegaskan Kasus Kematian Anak Sopir Angkot di Bekasi Bukan Pembunuhan

Jumat 18 Jul 2025, 11:40 WIB

BEKASI SELATAN, POSKOTA.CO.ID – Polsek Bekasi Selatan merespons kabar yang kembali mencuat soal kematian Daeng Andi Ade Irawan, 18 tahun, putra dari sopir angkot Daeng Andi Latif.

Pemuda itu ditemukan tewas di aliran kali belakang RSUD Kota Bekasi pada Senin, 16 November 2009 silam.

Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Dedi Herdiana, menegaskan kasus tersebut bukan pembunuhan, melainkan dugaan tenggelam.

“Setelah saya kroscek dan menghubungi kanit dan kapolsek yang bertugas saat itu, memang benar ditemukan adanya laporan pada tahun tersebut atas nama yang bersangkutan. Tapi LP-nya bukan tentang dugaan pembunuhan, melainkan tenggelam,” kata Dedi saat dikonfirmasi, Jumat, 18 Juli 2025.

Baca Juga: Anaknya Tewas 16 Tahun Lalu, Sopir Angkot di Bekasi Minta Bantuan Wali Kota

Ia menyebut kasus dihentikan karena tak ada petunjuk lain untuk ditindaklanjuti. Apalagi, keluarga menolak proses autopsi.

“Terkait case tersebut tidak ada petunjuk yang lainnya, karena jenazah tersebut tidak diautopsi termasuk keinginan keluarga korban. Jadi tidak ada petunjuk ke case pembunuhan, apalagi kejadiannya di tahun 2009, sudah 16 tahun yang lalu,” jelasnya.

Meski begitu, Dedi membuka peluang jika ada bukti baru. “Kalau keluarga korban ada petunjuk yang lain, silakan. Karena itu juga susah pembuktiannya, apalagi tidak diautopsi sesuai keinginan keluarga korban. Intinya dihentikan saat itu karena belum ada petunjuk,” ujarnya.

Di sisi lain, sang ayah, Daeng Andi Latif, 67 tahun, masih menyimpan luka. Baginya, kematian putranya masih menyisakan tanya.

“Awalnya dia bawa motor, terus dipulangin lagi. Kata neneknya, kenapa? Dia bilang takut kalau aku enggak pulang, nanti motor gimana. Itu kayak ada firasat dia bakal alami kejadian,” ucap Latif.

Ia juga mengingat betul kondisi jasad sang anak yang menurutnya janggal. “Mukanya kayak dipukul kayu. Badannya ada luka lebam semua. Tapi masih pakai baju waktu terakhir dia pergi,” jelasnya.

Latif mengaku, sebelum kejadian, putranya sempat berpamitan ke banyak orang. “Dia bilang takut kalau-kalau pergi jauh. Itu katanya,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baca Juga: Sopir Angkot Tewas Mendadak di Setiabudi, Sempat Kejang Sebelum Meninggal

Sejak kejadian itu, keluarga tak lagi tinggal di rumah lama karena kenangan yang menyakitkan. “Saya kalau lihat kamarnya pasti nangis terus. Dulu rumah ini cuma pakai pagar papan. Dan ini kamar anak saya. Saya enggak kuat kalau harus mengingatnya lagi,” ujarnya lirih.

Ia sempat mencoba mengadu ke Pemkot Bekasi namun gagal karena alasan prosedur.

“Saya sudah pernah ke Pemkot, tapi saya ditolak. Ini pas zaman Pak Rahmat Efendi masih menjabat. Katanya harus bikin janji dulu. Ya sudah, akhirnya saya pulang. Merasa udah enggak ada yang bantu. Lemah kemauan saya sekarang,” keluhnya.

Meski keluarga memintanya untuk mengikhlaskan, Latif berharap keadilan tetap bisa ditegakkan. (cr-3) 

Tags:
pembunuhanBekasitewassopir angkot

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor