Suasana MPLS di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 di Cibinong, Kabupaten Bogor. (Sumber: POSKOTA | Foto: Sekar Putri Andini)

Nasional

Sekolah Rakyat Jadi Harapan Orang Tua di Tengah Tingginya Biaya Pendidikan

Rabu 16 Jul 2025, 17:13 WIB

CIBINONG, POSKOTA.CO.ID - Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 (Sentra Terpadu Inten Soeweno) yang berlokasi di Kabupaten Bogor kini menjadi tumpuan harapan bagi banyak keluarga miskin di wilayah Bogor Raya.

Dengan sistem asrama dan pembelajaran gratis, Sekolah Rakyat hadir sebagai bentuk nyata keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat prasejahtera, khususnya bagi siswa dari keluarga kategori miskin dan miskin ekstrem.

Salah satu wali murid, Dewi Nurshiyami, 41 tahun, warga Cibuluh, Bogor Utara, mengatakan, Sekolah Rakyat, juga jadi solusi bagi anak yatim yang diasuhnya untuk mengikuti program ini, karena sejak awal percaya pada komitmen pemerintah.

“Saya merasa ini program pemerintah yang sangat terjamin. Dari segi kurikulumnya sudah nasional, tapi juga ada tambahan pendidikan karakter, mental, dan pembiasaan disiplin,” kata Dewi.

Baca Juga: Siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas 13 Bekasi Disemangati Mendikdasmen

Menurutnya, pendidikan yang baik bukan hanya soal pelajaran di kelas, juga soal lingkungan yang membentuk kepribadian anak. Karena itulah, ia merasa lebih tenang saat anak diasramakan.

“Sekarang ini pergaulan anak-anak kan kita enggak tahu seperti apa. Kalau di rumah bisa saja mereka salah pergaulan. Tapi di sekolah asrama seperti ini, lebih terkontrol dan lebih fokus. Saya yakin ini yang terbaik,” tambahnya.

Meski harus berjauhan, Dewi mengaku telah mempersiapkan hati untuk melepas anak asuhnya tinggal di asrama. Baginya, rasa rindu adalah hal yang wajar, apalagi mereka terbiasa bersama setiap hari.

Namun, Dewi meyakinkan, anak asuhnya bahwa jika memiliki cita-cita besar, maka harus siap berjuang lebih keras sejak sekarang. Menurutnya, keputusan untuk masuk asrama adalah langkah awal dalam menata masa depan yang lebih baik.

Selain anak asuhnya, Dewi juga menjadi wali dari seorang siswa lain bernama Zaki, lulusan SDN Muarasari Tajur.

Ia menyebutkan bahwa Zaki merupakan anak yatim yang ibunya bekerja serabutan di warung makan. Karena keterbatasan waktu dan biaya, Dewi turut membantu proses pendaftaran ke Sekolah Rakyat.

“Zaki ini yatim yang tinggal di lingkungan saya. Ibunya kerja bantu-bantu di rumah makan, enggak sempat ngurus sekolahnya. Jadi saya bantu, biar dia tetap bisa sekolah dan punya masa depan,” katanya.

Kisah serupa juga datang dari Rami Yati, 43 tahun, warga Cibinong, yang mengungkapkan rasa syukurnya karena anak perempuannya, Salwa Awliya diterima sebagai siswa baru. Salwa baru saja lulus dari MI Nurul Ihsan dan kini resmi melanjutkan ke jenjang SMP.

“Sangat terbantu sekali. Dari awal daftar sampai masuk, enggak keluar uang sama sekali. Semuanya ditanggung: buku, makan, seragam. Alhamdulillah,” ucap Rami.

Rami mengaku proses seleksi untuk bersekolah di Sekolah Rakyat ini cukup ketat. Petugas dari Dinas Sosial datang beberapa kali ke rumahnya untuk memastikan kondisi ekonomi keluarganya.

“Diminta KTP, KK, foto rumah, penghasilan. Suami saya buruh bangunan, kerjanya enggak tentu. Kadang ada, kadang enggak. Saya bantu-bantu nyuci, gosok, apa aja asal halal. Kami juga masih ngontrak,” jelasnya.

Sementara itu, Salwa sendiri terlihat antusias saat mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Siswa (MPLS).

“Senang banget. Ini kayak mondok (pesantren), tapi gratis. Aku memang dari dulu pengin mondok, pengen belajar lebih serius,” ujarnya.

Baca Juga: 100 Calon Siswa Sekolah Rakyat di Lebak Ikuti MPLS dan Tes Kesehatan

Rami juga menambahkan, tanpa adanya Sekolah Rakyat, besar kemungkinan ia tak mampu menyekolahkan Salwa ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena terhalang biaya.

“Sekarang sekolah itu mahal. Dari uang masuk, buku, iuran bulanan, sampai LKS dan kegiatan lain semuanya butuh biaya. Buat kami yang hidup pas-pasan, itu memberatkan. Sekolah ini betul-betul meringankan,” tuturnya.

Ia berharap program ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak anak-anak dari keluarga miskin lainnya.

“Terima kasih banyak buat Bapak Presiden dan para menterinya yang sudah memikirkan rakyat kecil. Sekolah ini bukan cuma soal gratis, tapi soal membuka harapan buat anak-anak kami,” ucapnya.

Sebagai informasi, Sekolah Rakyat merupakan program pendidikan berasrama yang diselenggarakan secara gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Program ini juga menyasar anak-anak yatim, terlantar, atau berasal dari kelompok rentan lainnya.

Sekolah Rakyat mengusung model pembelajaran berbasis kurikulum nasional yang dipadukan dengan pembinaan karakter, penguatan keterampilan hidup, serta pengasuhan penuh di lingkungan asrama.

Langkah ini pun menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam percepatan pengentasan kemiskinan melalui akses pendidikan yang setara dan menyeluruh. (CR-5)

Tags:
BogorSentra Terpadu Inten SoewenoSekolah Rakyat

Tim Poskota

Reporter

Mohamad Taufik

Editor