Ironisnya, kondisi sekarang justru lebih berat daripada era pandemi. Suami Nia pun terpaksa bekerja sambilan, karena penghasilan dari pasar tak mencukupi kebutuhan keluarga.
“Sekarang lebih susah. Alhamdulillah kalau pas COVID juga masih lumayan,” katanya.
Nia berharap ada gebrakan nyata dari pengelola untuk mendatangkan pengunjung. Ia juga meminta kelengkapan komoditas di pasar diperhatikan, karena banyak pembeli yang batal belanja lantaran barang kebutuhan seperti ayam dan ikan tak tersedia.
Baca Juga: Pemkot Bekasi Salurkan BLT DBHCHT, Tri Adhianto Tekankan Bantuan Harus Tepat Sasaran
“Semoga pengelola bisa prihatin terhadap nasib kami. Karena kami di sini juga cari nafkah. Kalau pembeli lihat pasar nggak lengkap, mereka malas datang,” ujarnya.
Meski saat ini ada kelonggaran soal pungutan, ia menyebut aturan awal yang membebani pedagang dengan biaya harian sempat membuat kondisi semakin berat.
“Kalau pasarnya rame, bayar Rp10.000 sampai Rp20.000 sehari masih bisa. Tapi kalau sepi seperti sekarang, jangankan untuk bayar, buat makan aja susah,” ujarnya. (CR-3)