Akses SMAN 6 Tangsel Ditutup karena Warga Protes Sistem Zonasi

Senin 14 Jul 2025, 11:22 WIB
Warga menutup akses jalan menuju SMAN 6 Tangsel pada hari pertama sekolah pada Senin, 14 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Primayanti Juli Kumala Manalu)

Warga menutup akses jalan menuju SMAN 6 Tangsel pada hari pertama sekolah pada Senin, 14 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Primayanti Juli Kumala Manalu)

PAMULANG, POSKOTA.CO.ID – Hari pertama pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMAN 6 Tangsel, Senin, 14 Juli 2025, terganggu akibat aksi blokade akses utama sekolah oleh warga RT 03 RW 10.

Aksi warga membuat ratusan siswa, guru, dan orang tua harus berjalan kaki sekitar 300 meter dari tempat parkir darurat di pinggir jalan raya menuju gerbang sekolah yang hanya dibuka sebagian.

“Saya seharusnya bisa dampingi anak saya di hari pertama. Tapi hanya bisa antar sampai gerbang. Dia jalan sendiri ke dalam,” kata Yoyo, orang tua siswa baru SMPN 17 yang juga terdampak akibat penutupan akses ke SMAN 6.

Baca Juga: Akses Ditutup Warga, Siswa SMAN 6 Tangsel Jalan Kaki 300 Meter di Hari Pertama Sekolah

Wali murid lain, Ratna Nurahmah, 33 tahun, menyayangkan aksi ini dilakukan saat momen penting seperti MPLS.

“Ini hari pertama anak-anak. Harusnya mereka semangat. Tapi justru dibuka dengan situasi seperti ini. Kami minta tolong, ayo duduk bareng. Cari jalan keluarnya,” ujarnya.

Blokade ini merupakan bentuk protes warga yang merasa anak-anak mereka tidak diterima di SMAN 6 meski rumah mereka berada tepat di sekitar sekolah. Mereka menilai sistem zonasi tidak adil.

“Waktu sekolah ini dibangun tahun 2008, warga sekitar yang membantu membuka akses jalannya. Kami dukung penuh. Tapi sekarang anak-anak kami sendiri malah ditolak,” ujar Ferry Kamil, Ketua RT 03 RW 10.

Baca Juga: Sampah Tangsel akan DItampung Pandeglang, Warga Harap Ada Sosialisasi

Ferry menyebut, dari sepuluh anak di lingkungan tersebut yang mendaftar tahun ini, tidak satu pun diterima melalui jalur zonasi, meski memiliki jarak rumah paling dekat dengan sekolah.

Surat keberatan telah dilayangkan ke Dinas Pendidikan Provinsi Banten dan Gubernur. Namun, warga belum mendapat respons.

“Hanya ada surat pemberitahuan umum, bahwa siswa yang tidak diterima akan disalurkan ke sekolah swasta. Tidak ada pendekatan langsung ke warga,” lanjut Ferry.

Pihak sekolah disebut enggan mengambil keputusan sepihak karena khawatir melanggar aturan.

Namun, Ferry menilai alasan itu terlalu administratif dan mengabaikan kearifan lokal yang sebenarnya bisa diakomodasi dalam juknis zonasi.

Baca Juga: Serapan APBD Tangsel Baru 32 Persen hingga Juni 2025, Mayoritas untuk Kegiatan Nonfisik

Mediasi sempat digelar Sabtu lalu antara warga, pihak sekolah, dan kelurahan. Hasilnya, gerbang dibuka sebagian hanya untuk pejalan kaki.

Belum ada kesepakatan lanjutan soal kendaraan maupun solusi jangka panjang.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak SMAN 6 Tangsel terkait permintaan warga untuk memprioritaskan anak-anak sekitar. (cr-1)


Berita Terkait


News Update