Oleh sebab itu, Kejagung pun berencana menempuh langkah upaya paksa penjemputan melalui kerja sama internasional dengan pihak kejaksaan di Singapura.
Pengaruh di Balik Layar Industri Migas
Nama Riza Chalid semakin dikenal publik setelah kiprahnya di balik Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), anak usaha Pertamina yang berbasis di Singapura.
Petral sendiri sempat dikenal sebagai entitas yang menguasai jalur distribusi impor minyak ke Indonesia hingga akhirnya dibubarkan Presiden Joko Widodo pada 2015 karena alasan kurang transparan.
Dalam buku Menentukan Jalan Baru Indonesia, mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli menyebut Riza Chalid sebagai "Teo Dollar," julukan yang mengacu pada besarnya keuntungan bisnisnya yang dikabarkan mencapai USD600 ribu per hari.
Julukan lain seperti "The Gasoline Godfather" semakin menegaskan reputasi Riza sebagai figur kuat yang mampu mengendalikan berbagai skema bisnis minyak tanah air.
Baca Juga: Sosialisasi Minim, Wakil Ketua DPR Sebut Banyak Buruh tak Paham BPJS Ketenagakerjaan
Skandal Papa Minta Saham
Selain dikenal sebagai pengusaha sukses, Riza Chalid juga sempat terseret dalam pusaran skandal politik besar pada 2015.
Bersama Setya Novanto, ia disebut-sebut terlibat dalam kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla demi perpanjangan kontrak tambang PT Freeport Indonesia.
Dalam rekaman yang sempat menjadi bukti utama kasus tersebut, keduanya diduga melobi Freeport untuk meminta jatah saham hingga 20 persen. Skandal ini kemudian dikenal luas sebagai kasus "Papa Minta Saham."
Kendati akhirnya berujung pada lengsernya Setya Novanto dari jabatan Ketua DPR, Riza Chalid sendiri tidak pernah dijerat hukum atas peran yang dituduhkan kepadanya. Bahkan saat itu, ia sempat menghilang dan sulit dijangkau aparat penegak hukum.
Kerajaan Bisnis Multisektor
Pengaruh Riza Chalid tidak hanya terbatas di sektor migas. Ia juga tercatat memiliki saham di sejumlah sektor berbeda.
Di antaranya adalah kepemilikan pada KidZania Jakarta, pusat hiburan edukasi anak di kawasan SCBD, hingga keterlibatan melalui PT Fersindo Nusaperkasa yang menjadi pemegang saham mayoritas AirAsia Indonesia.