POSKOTA.CO.ID - Dalam beberapa pekan terakhir, linimasa TikTok ramai dengan video bertema Aura Farming. Tren ini menampilkan sosok anak kecil yang menari penuh semangat di ujung perahu panjang dalam lomba Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau. Dika, demikian ia disapa, menjadi ikon tak terduga yang memikat hati warganet global.
Fenomena bermula dari unggahan akun TikTok KITA GROUP IDN pada 2024, yang merekam aksi Dika menari mengenakan pakaian adat Melayu hitam dengan kacamata gelap. Gerakannya lincah, ekspresif, dan menyiratkan keberanian luar biasa berdiri di atas perahu yang melaju cepat di sungai. Video tersebut menarik jutaan penonton dalam waktu singkat, memantik rasa ingin tahu siapa sosok di balik “baju hitam di atas perahu”.
Kepopuleran Dika semakin melejit setelah akun resmi Paris Saint-Germain (PSG) mengunggah video selebrasi pemainnya yang menirukan gaya Dika dengan caption “Auranya sampai ke Paris” pada 2 Juli 2025. Tidak hanya PSG, maskot AC Milan pun membuat video serupa dengan tulisan “Aura Farming 1899% accuracy”. Rapper terkenal asal Inggris, KSI, serta atlet NFL Travis Kelce juga ikut menari ala Dika. Bahkan Kelce mengunggah kompilasi aksinya dengan video asli Dika dan menulis, “Auranya sudah dibudidayakan.”
Tren Aura Farming pun meluas cepat di TikTok. Ribuan video replikasi bermunculan dari influencer dunia, kalangan pelajar, hingga akun perusahaan internasional. Dika menjadi simbol semangat anak Indonesia yang apa adanya, lucu, sekaligus membanggakan.
Baca Juga: Wakil Wali Kota Bekasi Jamin Perawatan Terbaik untuk Bayi yang Dibuang di Duren Jaya
Sosok Dika: Penari Cilik Pacu Jalur yang Meraih Popularitas Internasional
Nama lengkap Dika adalah Rayyan Arkan Dikha, bocah kelahiran Kuantan Singingi pada 2016. Ia mulai aktif dalam Pacu Jalur pada 2024 ketika menggantikan kakaknya yang naik menjadi pendayung. Bagi masyarakat Riau, peran penari Pacu Jalur bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sumber motivasi bagi kru perahu. Penari bertugas menjaga semangat, memukau penonton, dan menambah energi bagi pendayung.
Dalam wawancara eksklusif bersama influencer asal Amerika Serikat, Cullen Honohan dari All Hail Cullen, Dika mengaku menari di atas perahu bukan hal mudah. Ketika ditanya bagaimana rasanya berdiri di ujung perahu yang melaju kencang, ia menjawab polos, “Tetap berani dan percaya diri.” Julukan “The Reaper” yang diberikan Cullen, menurut Dika, terdengar menyenangkan. Ia juga dengan rendah hati mengatakan, “Masih banyak penari yang lebih hebat dari saya.”
Dika saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski viral mendunia, kehidupannya di Kuansing tetap sederhana. Ia rajin membantu orang tuanya dan mengikuti latihan Pacu Jalur secara rutin. Kehadirannya di dunia maya menjadi pengingat bahwa kebanggaan budaya dapat muncul dari individu yang tidak pernah menyangka akan menjadi pusat perhatian global.
Sejarah Pacu Jalur: Warisan Budaya Sungai Kuantan
Tren Aura Farming tidak mungkin lahir tanpa tradisi Pacu Jalur yang mengakar kuat di Riau. Pacu Jalur adalah lomba mendayung perahu panjang (jalur) yang berkembang sejak abad ke-17. Dahulu, jalur digunakan masyarakat di sepanjang Sungai Kuantan sebagai sarana transportasi utama untuk mengangkut hasil bumi—pisang, tebu, atau barang dagangan lain.
Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur diadopsi sebagai bagian perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina setiap 31 Agustus. Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini resmi menjadi acara tahunan dalam rangka Hari Kemerdekaan. Setiap Agustus, lomba diadakan dengan meriah di Tepian Narosa, pusat kota Teluk Kuantan.
Jalur dibuat dari batang pohon utuh berukuran panjang antara 25–40 meter. Dalam satu jalur, terdapat 45–60 pendayung yang duduk rapi dalam formasi. Kru jalur terbagi dalam peran penting:
- Tukang Concang (pemberi aba-aba),
- Tukang Pinggang (juru mudi),
- Tukang Tari (penari semangat),
- Tukang Onjai (penggoyang buritan untuk menjaga ritme).