Mengapa Curah Hujan Masih Tinggi di Sejumlah Wilayah? BMKG Ungkap Penyebab Anomali Cuaca

Senin 07 Jul 2025, 19:43 WIB
Ilustrasi musim hujan. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi musim hujan. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Curah hujan masih tinggi hingga bulan Juli. Padahal biasanya pertengahan tahun sudah memasuki musim kemarau, mengapa terjadi anomali cuaca?

Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, tingginya curah hujan hingga saat ini, menyebabkan terjadinya bencana alam seperti longsor dan banjir.

Tidak terkecuali di Jabodetabek. Sejumlah wilayah di Jakarta misalnya, tergenang banjir akibat curah hujan yang tinggi.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, meskipun Indonesia telah memasuki musim kemarau, dinamika atmosfer dan kelembapan udara di banyak wilayah masih tinggi.

Baca Juga: Warga Terdampak Banjir dan Longsor di Rawa Sedek Bogor Masih Berjuang Bersihkan Rumah

Lebih lanjut, Dwikorita menyebut ada sejumlah Faktor-faktor utama yang memengaruhi potensi hujan tinggi di wilayah Jabodetabek itu.

"Lemahnya Monsun Australia dan hangatnya suhu muka laut menyebabkan kelembapan udara tinggi, terutama di wilayah selatan Indonesia," ujar Dwikorita dalam keterangannya yang diterima Poskota, Senin, 7 Juli 2025.

Selain itu, kata Dwikorita, terpantau gelombang Kelvin aktif melintas di pesisir utara Jawa dan Laut Jawa.

"Disertai perlambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan yang memicu penumpukan massa udara," ujar Dwikorita.

Baca Juga: BMKG Prediksi Curah Hujan Tinggi hingga Oktober 2025

"Labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat dan mempercepat pertumbuhan awan konvektif," lanjutnya.

Atas dasar itu, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.

"Waspadai risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta gangguan transportasi," ujar Dwikorita.


Berita Terkait


News Update