Ilustrasi silat Betawi. Kisah Sabeni jagoan Tanah Abang yang bikin Polisi Belanda dan Kempetai gusar. (Sumber: Seni Budaya Betawi)

JAKARTA RAYA

Kisah Sabeni Jagoan Tanah Abang yang Bikin Polisi Belanda dan Kempetai Kelimpungan

Minggu 06 Jul 2025, 17:30 WIB

POSKOTA.CO.ID - Di masa pemerintahan kolonial Belanda dan penjajahan Jepang, ada nama jagoan yang membuat kelimpungan polisi Belanda serta Kempetai (polisi militer Jepang).

Jagoan tersebut berasal dari Tanah Abang bernama Sabeni bin Haji Khanan. Sabeni yang akrab disapa Bang Sabeni ini tinggal di Gang Maing Lama, Tenabang.

Asal-usul kata Tenabang pun muncul dari orang-orang yang dahulu tergusur karena pembangunan Menara Batavia.

Orang-orang tersebut sering kali mengucapkan kata ‘Tenabang’ yang berarti Tanah Abang. Kata Tenabang ini memiliki arti jika anak Tenabang hebat, unggul serta lebih berani dibanding anak-anak daerah lain.

Baca Juga: Museum Nasional Indonesia: Menyusuri Jejak Sejarah dan Budaya

Tak hanya itu, anak-anak Tanah Abang ini pandai pencak silat atau yang lazim diketahui orang Betawi dengan sebutan ‘Maen Pukulan’.

Bikin Kelimpungan Polisi Belanda

Melansir dari laman Sejarah Jakarta, Bang Sabeni ini pernah mengalahkan jagoan yang disodorkan Belanda dan pernah juga mengalahkan jago karate dan jago sumo sekaligus yang disodorkan komandan Kempetai (Polisi Militer) Jepang.

Bang Sabeni juga banyak mempunyai murid dalam bela diri silat, bukan hanya di daerah Tenabang tetapi juga di tempat-tempat lain.

Hal itu yang memberi kesan jika anak-anak Tenabang pandai dalam bermain pukul dan adu silat bela diri.

Baca Juga: Kisah Cinta Menginspirasi, Ini Sejarah Jalan Pengantin Ali di Jakarta Timur

Dari catatan tentang Sabeni bin Haji Khanan disebutkan bahwa Bang Sabeni lahir pada 1860 dan meninggal 1944. Ia dimakamkan di Pemakaman Gang Kubur Laman yang sekarang menjadi Jalan Sabeni, Tenabang.

Semasa hidup, Bang Sabeni mengajarkan dan melatih bela diri pada anak-anak muda Tenabang dan sekitarnya.

Bahkan aktivitas sehari-harinya itu membuat pemerintah Belanda gerah, terlebih Sabeni pernah mengalahkan jawara yang dikirim oleh Komandan Polisi Belanda.

Saking kesalnya, Polisi Belanda mendatangkang petinju dan ahli kungfu untuk diadu dengan Sabeni.

Baca Juga: Lini Masa Sejarah Jakarta dari Zaman Hindu, Era Jayakarta hingga Batavia

Pertandingan yang diadakan di Prince Park atau sekarang menjadi Taman Lokasari Jakarta Barat dengan disaksikan ratusan warga Betawi terutama dari Tenabang.

Dlam pertandingan tersebut, Sabeni berhasil mengalahkan lawannya dengan mudah dan membuat Komanda Polisi Belanda tambah kesal.

Namun sebaliknya warga Betawi semakin menaruh kagum pada Sabeni. Lalu, pada zaman kependudukan Jepang, Sabeni pernah diadu dengan jagoan karate dan ahli Sumo.

Baca Juga: Sejarah Soto Tangkar Betawi: Lahir dari Keterbatasan Masa Penjajahan Belanda Hingga Jadi Kuliner Legendaris

Kalahkan Ahli Sumo dan Jagoan Kareta Utusan Kempetai

Singgungan Sabeni dengan Kempetai berawal dari Syafei anak dari Sabeni yang turut serta dalam barisan Heiho (pasukan bantuan tentara Jepang).

Syafei melarikan diri dari kesatuannya di Surabaya yang membuat Jepang marah dan mencarinya di manapun.

Karena tak kunjung ketemu, ia menahan Sabeni dengan janji jika Syafei tertangkap ia akan dilepaskan.

Namun Syafei tak kunjung tertangkap dan Komandan Kempetai mendapat info bahwa Sabeni adalah seorang jagoan.

Baca Juga: Jejak Sejarah Pecinan Glodok, Pusat Perdagangan dan Budaya Tionghoa Sejak Abad ke-17

Ide pun datang untuk menguji kemampuan Sabeni yang diadu dengan anak buahnya. Saat itu, Sabeni sudah berusia 80 tahun dan ia bertanya kepada Komandan Kempetai apa yang akan didapat jika menang atau kalah.

Komandan tersebut mengatakan bahwa Sabeni akan dibebaskan bila menang dan akan ditahan bila kalah.

Lantas, Sabeni menyetujui kesepakatan itu dan minta pertandingan disaksikan oleh keluarganya serta teman-teman dari Tenabang.

Lawan Sabeni waktu itu ialah karateka dan pesumo. Dalam pertandingan tersebut, Sabeni dikenal memiliki jurus andalan ‘Kelabang Nyebrang’ langsung mengalahkan musuhnya sang karateka.

Selanjutnya ia mengalahkan pesumo dengan cara memukul kepalannya dan menjadikan lutut pesumo tersebut sebagai pijakan.

Akhirnya Sabeni dibebaskan dan pulang ke rumah. Sekembalinya dari tahanan Kempetai, Sabeni sudah tua dan tetap mengumpulkan para pemuda untuk mengusir penjajah dari kampung halamannya.

Namun ia tak sempat melihat Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 sebab ia sudah meninggal.

Sebagai tanda jasa, Pemerintah DKI Jakarta saat ulang tahun ke-480 mengganti nama Gang Kubur Lama menjadi Jalan Sabeni.

Jasadnya pun dipindahkan yang semula dari Gang Kubur Lama ke Pemakaman Umum Karet Bivak.

Tags:
kolonial BelandaSejarah JakartaSabeniTanah Abang

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Reporter

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Editor