POSKOTA.CO.ID - Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan destinasi wisata, tetapi di balik hiruk pikuk aktivitas warganya, muncul masalah kesehatan yang patut menjadi perhatian serius.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengonfirmasi bahwa dalam kurun waktu enam bulan pertama tahun 2025, telah terjadi 18 kasus leptospirosis, di mana lima pasien meninggal dunia. Fakta ini menunjukkan bahwa leptospirosis bukan sekadar penyakit musiman biasa, melainkan ancaman kesehatan yang nyata, terutama setelah musim hujan dan banjir.
Leptospirosis sering disebut sebagai penyakit yang meniru flu, sebab gejala awalnya tidak spesifik. Menurut keterangan Lana, perwakilan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, banyak penderita terlambat memeriksakan diri karena menganggap keluhan demam dan nyeri otot hanya akibat kelelahan atau infeksi ringan.
Namun, jika tidak diantisipasi dengan pemeriksaan dan pengobatan tepat, leptospirosis bisa berkembang menjadi infeksi berat yang merusak organ vital seperti hati, ginjal, bahkan paru-paru.
Baca Juga: Diduga Tersetrum Tiang Listrik, Bocah di Kebayoran Baru Jaksel Tewas Seketika
Mengenal Leptospirosis: Infeksi Bakteri dari Air yang Tercemar Urin Hewan
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira. Dikutip dari situs resmi RS Pondok Indah, bakteri ini hidup di air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan, terutama tikus. Saat terjadi banjir, genangan air menjadi medium penyebaran bakteri yang sangat efektif. Seseorang dapat terinfeksi ketika:
- Kulit yang terluka atau lecet bersentuhan dengan air atau lumpur tercemar.
- Bakteri masuk melalui selaput lendir mata, hidung, atau mulut.
- Tertelan air banjir yang tidak sengaja.
Inilah sebabnya pekerja kebersihan, petani, relawan banjir, dan warga yang sering bersentuhan dengan genangan air menjadi kelompok risiko tinggi.
Gejala Leptospirosis yang Sering Disangka Flu
Tahap awal leptospirosis memang sulit dibedakan dari influenza atau demam berdarah. Berikut gejala yang sering muncul pada minggu pertama:
- Demam tinggi mendadak disertai menggigil
- Sakit kepala hebat
- Nyeri otot intens, terutama di betis dan punggung
- Mata merah dan perih akibat iritasi konjungtiva
- Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, atau diare
Banyak penderita mengira gejala tersebut hanyalah flu berat atau keracunan makanan, sehingga tidak segera mencari pertolongan medis. Padahal, deteksi dini sangat penting.
Apabila infeksi berkembang, gejala serius akan muncul pada minggu kedua:
- Penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata menjadi kekuningan)
- Penurunan fungsi ginjal yang memicu penumpukan racun dalam tubuh
- Perdarahan di kulit dan organ dalam
- Sesak napas akibat peradangan paru-paru
Data dari Dinas Kesehatan menunjukkan sebagian besar kasus yang meninggal di Yogyakarta terlambat dibawa ke rumah sakit, sehingga komplikasi sudah parah.