Siapa Sangka! Mal Pertama di Asia Tenggara Ada di Jakarta, Dulunya Hanya Boleh Jual Barang Murah

Senin 30 Jun 2025, 11:30 WIB
Mal Sarinah, Jakarta. (Sumber: sarinah.co.id)

Mal Sarinah, Jakarta. (Sumber: sarinah.co.id)

Hal inilah yang membuat Soekarno memilih nama tersebut sebagai simbol mal yang ramah bagi rakyat.

Transformasi Pasca Soekarno Lengser

Sayangnya, tidak lama setelah Mal Sarinah diresmikan, terjadi pergantian pemerintahan. Soekarno lengser pada 1967 dan digantikan Presiden Soeharto.

Perubahan arah kebijakan ekonomi nasional yang lebih berorientasi pasar membuat Mal Sarinah pun berubah fungsi.

Baca Juga: Segera Dilantik, Pemkot Bekasi Minta Peserta Lulus PPPK Profesional

Dari semula sebagai pusat penjualan barang murah, Mal Sarinah berkembang menjadi mal modern dengan konsep retail yang lebih komersial.

Namun jejak sejarah dan arsitektur khasnya tetap bertahan, menjadi saksi bisu perjalanan bangsa.

Revitalisasi dan Konsep The Window of Indonesia

Setengah abad lebih setelah diresmikan, Mal Sarinah menjalani revitalisasi besar. Wajah lamanya diperbarui menjadi lebih modern namun tetap mempertahankan unsur tradisional, seperti ornamen batik, ukiran kayu, dan kerajinan khas Nusantara.

Revitalisasi ini menghadirkan slogan baru 'The Window of Indonesia' yang mengangkat Mal Sarinah sebagai etalase budaya, produk kreatif lokal, serta kekayaan kerajinan tradisional.

Kini, pengunjung tak hanya sekadar berbelanja, tetapi juga menikmati pengalaman budaya yang kaya. Banyak ruang pamer untuk UMKM, kafe dengan sentuhan interior tradisional, hingga area pertunjukan seni yang rutin menggelar acara budaya.

Nilai Sejarah dan Identitas Nasional

Mal Sarinah bukan hanya bangunan komersial, melainkan juga simbol perjuangan ekonomi bangsa dan tekad pemerintah saat itu untuk menghadirkan modernitas tanpa kehilangan akar tradisi. Kehadirannya menjadi tonggak sejarah lahirnya pusat perbelanjaan modern di Asia Tenggara.

Meski telah mengalami banyak transformasi, Mal Sarinah tetap mempertahankan identitas sebagai mal rakyat dengan ciri khas Indonesia yang kental. Sehingga mal ini menjadi lebih dari sekadar tempat belanja, tetapi juga ruang publik yang mewadahi budaya, kreativitas, dan sejarah bangsa.


Berita Terkait


News Update