POSKOTA.CO.ID - Calon legislatif (caleg) perempuan menjadi prioritas dalam pergantian anggota antarwaktu (PAW).
Ini usulan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam rancangan peraturan KPU terbaru mengenai PAW anggota DPR, DPD, serta DPRD provinsi dan kabupaten/kota.
Seperti diberitakan, anggota KPU RI, Idham Holik di Jakarta, menjelaskan beleid baru itu pada intinya mengatur bahwa caleg perempuan akan diutamakan apabila persebaran perolehan suara antara caleg perempuan dan laki-laki yang menggantikan anggota legislatif antarwaktu sama persis.
"Prinsipnya KPU akan mengedepankan affirmative action (tindakan afirmatif) ketika perolehan suaranya sama persis sampai dengan tingkat TPS. Apabila calon anggota pengganti itu perempuan dan tidak memenuhi syarat, baru kami kembalikan kepada yang laki-laki,” kata Idham Holik, saat uji publik rancangan PKPU di Kantor KPU RI, di Jakarta.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Usai Sengketa Pulau, Kini Pulau Terisolir
“Setuju, dengan begitu makin banyak perempuan yang duduk di kursi anggota dewan untuk memenuhi harapan banyak pihak,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Bukankah keterwakilan perempuan di DPR sekarang ini semakin banyak, sudah di atas 22 persen, “ kata Yudi.
“Iya makin banyak, pada DPR periode sekarang ini , terdapat 127 perempuan sekitar 22,1 persen, yang mengisi kursi parlemen dari total 580 anggota DPR. Artinya belum 30 persen seperti kuota yang ditentukan undang – undang,” kata mas Bro.
“Meski belum kuota, tetapi jumlahnya rekor sepanjang sejarah hasil pemilu. Pada pemilu 1999 cuma 8,2 persen, pemilu 2004 pada angka 11,5 persen, pemilu 2009 naik menjadi 18 persen, pemilu 2014 turun di angka 17,3 persen. Pemilu 2019 naik menjadi 20,5 persen dan tahun 2024 naik lagi menjadi 22,1 persen,” kata Heri.
“Kita patut bersyukur jumlah perempuan yang mengisi kursi DPR semakin banyak. Semoga kian menambah nyaring suara parlemen dalam mengkritisi kebijakan pemerintah,” kata Yudi.
“Kembali ke soal PAW, anggota DPR pengganti tetap syaratnya suara terbanyak di bawahnya, bukan karena kolega, bukan pula karena ada hubungan keluarga ya,” kata Heri.