Kecemasan seringkali mendorong kita untuk terus mencari informasi, dari media sosial hingga berita global. Namun, ini justru bisa memperburuk kondisi mental.
Kaum Stoik menekankan fokus pada yang terkendali. Terlalu banyak informasi negatif hanya akan memicu kewalahan.
Alihkan perhatian pada hal yang bisa Anda ubah: diri sendiri, orang-orang terdekat, dan bagaimana Anda bisa membantu, bahkan dalam skala kecil.
Hidup yang baik bukanlah tentang mengetahui segalanya, melainkan tentang menjadi lebih baik dan memberi dampak nyata.
Pertahankan Rutinitas untuk Stabilitas di Tengah Ketidakpastian
“Dalam banyak keadaan, kita tidak menjalani hidup berdasarkan prinsip yang benar, tapi hanya mengikuti kebiasaan tanpa berpikir.” — Musonius Rufus.
Ketika segalanya terasa kacau, rutinitas menjadi jangkar yang paling kita butuhkan. Rutinitas menciptakan ketenangandan memberikan rasa kontrol.
Marcus Aurelius memiliki rutinitas pagi untuk refleksi, yang kemudian menjadi Meditations.
Anda bisa melakukan hal serupa seperti jalan pagi, membaca buku, menulis jurnal. Rutinitas memberikan stabilitas mental di tengah badai ketidakpastian.
Jaga Kualitas Hubungan dengan Orang-Orang Terdekat
“Manusia hidup untuk saling membantu.” — Seneca.
Filosofi Stoik bukan berarti hidup menyendiri. Kita adalah bagian dari komunitas. Kita membutuhkan persahabatan, cinta, dan dukungan.
Hubungan yang kuat memberikan makna pada hidup – terutama di masa-masa sulit. Jangan abaikan mereka yang penting bagi Anda. Beri dan terima perhatian, karena ini akan memperkuat kesejahteraan emosional bersama.
Ubah Waktu Mati Menjadi Waktu Hidup
Karantina atau isolasi sosial tidak berarti waktu Anda hilang sia-sia. Ini adalah kesempatan emas untuk mempelajari keterampilan baru, mengasah pemikiran kritis, dan mengelola emosi agar Anda bisa seproduktif mungkin.