Iran Resmi Tutup Selat Hormuz, Krisis Energi Dunia Tak Terelakkan?

Selasa 24 Jun 2025, 11:55 WIB
Iran tutup Selat Hormuz, dunia bakal krisis energi? (Sumber: arynews.tv)

Iran tutup Selat Hormuz, dunia bakal krisis energi? (Sumber: arynews.tv)

POSKOTA.CO.ID - Krisis geopolitik global kembali mencuat setelah Iran secara resmi mengumumkan penutupan total Selat Hormuz, jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia.

Keputusan ini diambil oleh parlemen Iran sebagai respons terhadap serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran.

Kebijakan tersebut dipandang sebagai langkah eskalatif yang menambah ketegangan antara kedua negara dan menciptakan kekhawatiran global terkait kestabilan pasokan energi.

Selat Hormuz selama ini dikenal sebagai jalur vital dalam distribusi energi global. Sekitar 20 persen dari total minyak mentah dunia melintasi selat ini setiap harinya, menjadikannya jalur pelayaran minyak tersibuk dan paling penting.

Baca Juga: Pangkalan Militer AS di Al Udeid Qatar Dihujani Serangan Rudal Iran

Negara-negara besar seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak sangat bergantung pada selat ini untuk mengekspor minyak mentah mereka ke pasar dunia.

"Keputusan untuk menutup Selat Hormuz adalah bentuk pembalasan strategis atas tindakan agresif Amerika Serikat. Kami tidak akan membiarkan kedaulatan dan keamanan nasional kami diganggu tanpa perlawanan," ujar Juru Bicara Parlemen Iran dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional.

Dampak Langsung Terhadap Pasar Energi

Penutupan selat tersebut menyebabkan kekacauan dalam lalu lintas kapal tanker di kawasan Teluk.

Banyak perusahaan pelayaran dan pengangkut energi mulai mengalihkan rute atau menghentikan sementara pengiriman karena meningkatnya risiko keamanan.

Baca Juga: Iran Serang Markas Militer AS di Qatar, Kemlu Imbau WNI di Timur Tengah Waspada

Lonjakan harga minyak pun tak terhindarkan. Dalam waktu 24 jam setelah pengumuman resmi Iran, harga minyak mentah Brent melonjak lebih dari 12 persen, mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Lonjakan ini menimbulkan efek domino terhadap sektor energi global, khususnya bagi negara-negara pengimpor minyak besar seperti China, India, dan Jepang.

Analis energi global memperkirakan jika penutupan Selat Hormuz berlangsung lebih dari dua minggu, dunia akan mengalami defisit pasokan minyak sekitar 10 juta barel per hari.

Hal ini dapat memicu inflasi energi yang lebih luas, berdampak pada harga bahan bakar, transportasi, dan produksi industri di berbagai negara.

Baca Juga: Apa yang Israel Minta dari Iran Demi Gencatan Senjata?

Reaksi Internasional

Pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa penutupan Selat Hormuz oleh Iran merupakan "tindakan provokatif yang mengancam stabilitas kawasan dan pasar global."

Pentagon juga mengumumkan bahwa Armada Kelima Angkatan Laut AS, yang bermarkas di Bahrain, telah meningkatkan status kesiagaan dan menyiapkan patroli tambahan untuk mengamankan jalur pelayaran internasional.

Sementara itu, negara-negara sekutu AS seperti Inggris, Prancis, dan Australia mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan Iran dan menyerukan dibukanya kembali jalur pelayaran secepat mungkin.

Di sisi lain, Rusia dan China menunjukkan dukungan diplomatik terhadap Iran.

Keduanya mendesak penyelesaian konflik melalui jalur diplomasi dan memperingatkan agar tidak terjadi intervensi militer lebih lanjut di kawasan Teluk.

Baca Juga: Apa Artinya 'No More War'? Viral Ungkapan Rakyat Amerika yang untuk Presiden Trump

Potensi Krisis Energi Global

Penutupan Selat Hormuz diprediksi menjadi katalis utama krisis energi global jika tidak segera diatasi.

Negara-negara pengimpor minyak yang selama ini sangat bergantung pada jalur ini harus mencari alternatif pasokan yang lebih mahal dan jauh secara geografis.

India, sebagai salah satu pengimpor terbesar dari kawasan Teluk, sudah memulai pembicaraan dengan Venezuela dan Nigeria untuk menjajaki jalur pasokan baru.

Jepang pun dilaporkan mulai membongkar cadangan strategis minyak untuk mengantisipasi kelangkaan.

Sementara itu, negara-negara Eropa menghadapi dilema berat karena sebelumnya mereka juga telah berupaya mengurangi ketergantungan terhadap energi Rusia akibat konflik Ukraina.

Penutupan Selat Hormuz akan memperburuk tantangan energi mereka.


Berita Terkait


News Update