Arvind menegaskan bahwa manusia tidak bisa sepenuhnya mengontrol pikiran, tetapi bisa memilih pikiran mana yang akan diberi kuasa. Kesadaran dalam mengamati pikiran-pikiran yang muncul menjadi kunci.
Sebagai contoh, saat seseorang kehilangan pekerjaan, otaknya akan menghasilkan berbagai respons. Salah satunya mungkin pikiran pesimistis, "Saya hancur." Namun, bisa juga muncul pikiran optimistis, seperti "Mungkin ini kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru." Pilihan atas pikiran itulah yang menjadi penentu bagaimana seseorang merespons secara emosional.
“Masalahnya adalah, sebagian besar dari kita memberikan kekuasaan kepada pikiran yang menyakiti diri kita, secara otomatis, secara bawah sadar, karena sudah menjadi pola yang dipelajari sejak lama,” kata Arvind.
Baca Juga: Bukan Sekadar Perasaan Galau, Ini Dampak Serius Kesepian bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Ia menekankan bahwa kesadaran atas pilihan pikiran bukan hanya membebaskan seseorang dari stres, tetapi juga mengembalikan kontrol atas kedamaian batin.
“Kedamaian Anda adalah pilihan Anda. Dunia di luar tidak punya kuasa atas ketenangan Anda, selama Anda tahu bahwa pikiran Andalah yang menentukan," tutupnya.