Viral Dedy Nur Palakka Beri Klarifikasi Pernyataannya Soal Jokowi Layak Disebut Nabi

Minggu 22 Jun 2025, 11:22 WIB
Dedy Nur Palakka klarifikasi soal pernyataan Jokowi nabi. (Sumber: X/@DedynurPalakka)

Dedy Nur Palakka klarifikasi soal pernyataan Jokowi nabi. (Sumber: X/@DedynurPalakka)

POSKOTA.CO.ID - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, menjadi sorotan publik setelah pernyataannya mengenai Presiden Joko Widodo viral di media sosial.

Dalam unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), Dedy menyebut bahwa Jokowi memenuhi 'syarat sebagai nabi'. Pernyataan tersebut menuai reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk internal PSI sendiri.

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Bali secara resmi menegur Dedy Nur Palakka atas pernyataannya yang dianggap sensitif dan berpotensi memicu keresahan publik, khususnya dalam konteks keberagaman agama dan keyakinan di Indonesia.

Menanggapi kontroversi tersebut, Dedy segera memberikan klarifikasi melalui akun X resminya. Ia menegaskan bahwa pernyataan yang ia buat merupakan bentuk metafora filosofis, bukan klaim teologis atau bentuk penistaan agama.

Baca Juga: Kontroversi Dugaan Ijazah Palsu Presiden Jokowi Terus Memanas, Rocky Gerung: Ini Soal Kejujuran Kepala Negara

"Kritik seperti ini penting agar diskusi tidak jatuh ke euforia atau miskomunikasi yang berlarut. Namun izinkan saya meluruskan beberapa hal agar perdebatan ini tetap berada di jalur fakta, logika, dan refleksi publik yang sehat," tulis Dedy dalam klarifikasinya.

Menurut Dedy, penggunaan istilah “nabi” dalam konteks yang ia maksud merujuk pada tradisi metafora intelektual yang kerap digunakan dalam kajian filsafat dan kritik budaya modern.

Ia menyebut bahwa tokoh-tokoh seperti Socrates, Buddha, dan Karl Marx sering dijuluki sebagai 'nabi akal budi', 'nabi kesadaran', atau 'nabi revolusi' dalam literatur akademik.

"Slavoj Zizek pernah menyebut Marx sebagai ‘the last prophet of modernity’. Dalam bahasa akademik, istilah ‘prophetic voice’ juga biasa digunakan untuk menggambarkan tokoh pencerah zaman. Saya mengadopsi kerangka itu," tambahnya.

Baca Juga: Berapa Lama Validasi Jurnal PPG 2025 di Ruang GTK? Ini Waktu Tunggu dan Tips agar Cepat Lolos

Dalam klarifikasi yang panjang dan mendalam tersebut, Dedy juga menjelaskan bahwa maksudnya adalah melihat Jokowi sebagai figur pemimpin yang mampu menjadi penunjuk jalan di tengah krisis politik dan moral publik sebuah analogi, bukan ajaran keagamaan.


Berita Terkait


News Update