Lahir dari keluarga pedagang kelontong di Jakarta, Djoko Susanto tumbuh dalam lingkungan wirausaha sejak usia dini. Ia kerap membantu orang tuanya berdagang di pasar tradisional. Karena kondisi ekonomi keluarga, Djoko sempat harus menghentikan pendidikan formalnya.
Namun, semangatnya dalam berdagang tak pernah padam. Di usia remaja, ia memulai usaha kios rokok di Pasar Arjuna, Jakarta. Kemampuan Djoko dalam membaca peluang membuatnya dikenal oleh distributor besar, termasuk keluarga Sampoerna, pemilik PT HM Sampoerna.
Pada akhir 1980-an, ia menjalin kemitraan bisnis dengan keluarga Sampoerna dan mendirikan Alfa Toko Gudang Rabat, yang kemudian berevolusi menjadi PT Alfa Mitramart Utama. Pada tahun 1999, Djoko dan mitranya membuka gerai pertama Alfamart di Karawaci, Tangerang.
Tahun 2005 menjadi titik balik, ketika keluarga Sampoerna menjual seluruh sahamnya di Alfamart kepada Djoko. Melalui PT Sigmantara Alfindo, Djoko menjadi pemilik utama Alfamart dan membawa bisnis ritel ini berkembang pesat.
Baca Juga: Pensiunan PNS Siap-Siap! Tunjangan Pasangan Rp437.000 Cair dalam 10 Hari, Golongan Ini Kebagian
Ekspansi Alfamart dan Diversifikasi Bisnis
Saat ini, Alfamart mengoperasikan lebih dari 17.000 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia dan Filipina.
Struktur kepemilikannya mencerminkan dominasi Djoko Susanto melalui PT Sigmantara Alfindo yang memegang 53,19 persen saham AMRT.
Alfamart tidak hanya beroperasi di sektor ritel, tetapi juga memiliki sejumlah anak usaha strategis, antara lain:
- PT Midi Utama Indonesia Tbk (pengelola Alfamidi)
- PT Sumber Indah Lestari (distributor alat kesehatan)
- PT Global Loyalty Indonesia (pengembang e-commerce dan data)
- PT Sumber Trijaya Lestari (perdagangan grosir)
- Alfamart Retail Asia Pte Ltd (pengelola Alfamart Filipina)
Kehadiran B-Log sebagai penyedia layanan logistik dinilai sangat strategis dalam memperkuat jaringan distribusi internal Alfamart maupun melayani kebutuhan logistik eksternal.
Total Kekayaan Djoko Susanto
Djoko Susanto konsisten masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes. Pada 2023, kekayaannya ditaksir melebihi 3 miliar dolar AS.
Hal ini menjadikannya sebagai salah satu konglomerat papan atas yang membangun kekayaan dari sektor ritel dan distribusi.
Masuknya B-Log ke pasar modal menandai langkah penting diversifikasi bisnis Djoko di luar ritel.