Perang Dunia Ketiga di Depan Mata? Pakistan Ancam Serang Israel Jika Iran Diserang Nuklir

Selasa 17 Jun 2025, 11:35 WIB
Dukungan Total untuk Iran, Pakistan Siap Luncurkan Serangan Nuklir ke Israel (Sumber: Pinterest)

Dukungan Total untuk Iran, Pakistan Siap Luncurkan Serangan Nuklir ke Israel (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memuncak seiring saling serang antara Israel dan Iran yang memicu perhatian global.

Dalam suasana panas ini, pernyataan mengejutkan datang dari pejabat senior Iran, Jenderal Mohsen Rezaei, yang menyebut Pakistan bersedia menyerang Israel dengan senjata nuklir jika Tel Aviv terlebih dahulu menyerang Iran secara nuklir.

Namun, pernyataan ini kemudian dibantah langsung oleh Pakistan. Artikel ini mengulas secara mendalam dinamika konflik tersebut, posisi strategis negara-negara bersenjata nuklir, serta implikasi bagi stabilitas dunia internasional.

Baca Juga: Pengacara Jokowi Sebut Ungkap Ijazah Bisa Sebabkan Chaos, Rocky Gerung: Argumen Tak Masuk Akal, Rakyat Ingin Tahu Kejujuran Jokowi

Ancaman Nuklir Pakistan-Iran-Israel: Spekulasi atau Sinyal Bahaya?

Dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan Iran, Jenderal Mohsen Rezaei, tokoh penting di Dewan Keamanan Nasional Iran dan petinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), membuat pernyataan yang mengguncang jagat diplomasi global. Ia mengatakan bahwa Pakistan telah menyampaikan kesediaannya untuk meluncurkan serangan nuklir ke Israel jika negara Yahudi itu menyerang Iran dengan senjata serupa.

“Pakistan telah meyakinkan kami bahwa jika Israel menggunakan bom nuklir terhadap Iran, mereka akan menyerang Israel dengan bom nuklir,” ujar Rezaei, dikutip dari NDTV.

Pernyataan itu sontak memicu kekhawatiran mengenai potensi perang nuklir di kawasan Timur Tengah, apalagi mengingat Pakistan termasuk dalam daftar sembilan negara di dunia yang memiliki persenjataan nuklir aktif.

Posisi Pakistan: Klarifikasi dan Penegasan Hukum Internasional

Tak lama berselang, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif membantah klaim Jenderal Rezaei. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan di media sosial dan dikutip oleh Samaa TV, Asif menegaskan bahwa Pakistan berpegang teguh pada kebijakan nuklir defensif dan hanya akan menggunakan senjata tersebut untuk mempertahankan kedaulatan negara.

"Pakistan sepenuhnya berkomitmen pada semua aturan nuklir internasional. Kemampuan nuklir kami semata-mata untuk pertahanan nasional dan kesejahteraan rakyat Pakistan," ungkap Asif.

Namun, meskipun membantah niat penggunaan senjata nuklir secara ofensif, Asif tetap mengingatkan masyarakat internasional akan bahaya nyata yang ditimbulkan oleh persenjataan nuklir Israel, yang hingga kini tidak menjadi bagian dari perjanjian nuklir internasional mana pun.

Kecaman terhadap Israel: Serangan dan Respons Iran

Situasi ini muncul di tengah eskalasi besar-besaran antara Israel dan Iran. Pada Jumat, 13 Juni, Israel meluncurkan Operasi Rising Lion, sebuah operasi militer yang menyasar fasilitas nuklir dan militer strategis Iran. Serangan ini diklaim sebagai upaya Israel untuk menghentikan ambisi nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman eksistensial.

Iran tak tinggal diam. Sebagai respons, negara itu meluncurkan Operasi True Promise III yang melibatkan ratusan drone dan rudal balistik. Beberapa rudal bahkan dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan Iron Dome milik Israel dan mendarat di jantung Tel Aviv serta wilayah Yerusalem.

“Serangan rudal ini adalah bagian dari peringatan strategis Iran kepada Israel agar menghentikan provokasi dan agresi militer,” kata sumber dari IRGC.

Ketegangan Nuklir dan Kegagalan Diplomasi Global

Konflik Israel-Iran ini menjadi cerminan nyata dari kegagalan sistem diplomasi global dalam mengelola isu proliferasi nuklir. Meskipun Iran telah lama mengklaim bahwa program nuklirnya bersifat damai, Israel dan sekutunya tetap meragukan niat tersebut dan menganggapnya sebagai ancaman langsung terhadap stabilitas regional.

Sebaliknya, Israel sendiri tak pernah secara resmi mengakui kepemilikan senjata nuklir dan tidak tergabung dalam Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT). Sikap Israel ini memicu kritik luas, termasuk dari Menteri Pertahanan Pakistan.

“Israel tidak menandatangani perjanjian nuklir internasional apa pun. Dunia seharusnya khawatir tentang persenjataan nuklir negara nakal yang beroperasi tanpa pengawasan,” kritik Asif.

Dunia Muslim dan Sentimen Solidaritas

Pakistan, dalam kesempatan lain, tetap menunjukkan sikap solidaritas terhadap Iran. Seruan agar negara-negara Muslim bersatu melawan Israel disuarakan secara terbuka oleh pejabat tinggi Pakistan. Namun, bentuk dukungan tersebut tetap dibatasi dalam koridor diplomasi dan tidak melibatkan ancaman penggunaan senjata pemusnah massal.

Kebijakan luar negeri Pakistan selama ini cenderung konservatif dalam hal penggunaan senjata nuklir. Sejak uji coba nuklir pertamanya pada 1998, Pakistan menegaskan senjata tersebut sebagai alat penangkal, bukan agresi.

Dampak dan Risiko Global

Ketegangan antara tiga kekuatan bersenjata nuklir Israel, Iran, dan Pakistan berpotensi menciptakan efek domino yang mengancam stabilitas global. Jika salah satu pihak benar-benar menggunakan senjata nuklir, respons balasan bisa berskala luas dan menimbulkan dampak ekologis, kemanusiaan, dan ekonomi yang parah.

Para analis geopolitik menyuarakan keprihatinan bahwa meningkatnya retorika nuklir ini menciptakan ruang untuk miskalkulasi militer yang bisa berujung pada bencana.

Baca Juga: KDRT Berujung Maut, Suami di Ciputat Timur Diduga Bunuh Istri Sendiri

Langkah Dunia Internasional: Diam atau Bertindak?

Konflik ini seharusnya menjadi panggilan bangun bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga pengawasan nuklir dunia seperti IAEA. Ketidakjelasan status nuklir Israel, serta dugaan agresi Israel terhadap ilmuwan dan fasilitas nuklir Iran, seharusnya disikapi dengan penyelidikan internasional yang transparan.

"Jika dunia tidak bersikap adil dalam mengatur negara-negara pemilik nuklir, maka hukum internasional hanya akan menjadi jargon kosong,” ujar seorang akademisi hubungan internasional dari Universitas Lahore.

Perang bukan hanya pertarungan senjata, tetapi juga pertarungan narasi. Retorika seperti yang disampaikan oleh Rezaei harus ditafsirkan secara kritis, bukan sebagai sinyal pasti, tetapi sebagai bagian dari strategi tekanan dalam diplomasi.

Meski Pakistan telah membantah ancaman tersebut, fakta bahwa pernyataan semacam itu muncul menunjukkan rapuhnya stabilitas kawasan. Dunia internasional harus lebih proaktif dalam mendorong dialog, mengurangi ketegangan, dan mengawasi kepemilikan serta penggunaan senjata nuklir.


Berita Terkait


News Update