Sering Menyalahkan Keadaan? Waspadai Self-Serving Bias, Musuh Dalam Diri yang Tak Terlihat

Jumat 13 Jun 2025, 10:15 WIB
Self-Serving Bias: Alasan Mengapa Kamu Selalu Merasa Benar Meski Salah (Sumber: Pinterest)

Self-Serving Bias: Alasan Mengapa Kamu Selalu Merasa Benar Meski Salah (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Pernahkah Anda menyalahkan lingkungan, sistem, atau bahkan orang lain saat menghadapi kegagalan? Namun di saat yang sama, Anda menganggap keberhasilan adalah murni hasil jerih payah pribadi?

Jika iya, Anda bukan satu-satunya. Fenomena ini dikenal sebagai self-serving bias, salah satu bias kognitif yang sangat umum terjadi di kehidupan sehari-hari.

Konsep ini bukan sekadar teori psikologi. Ia berdampak nyata terhadap bagaimana seseorang mengambil keputusan, merespons tantangan, dan mengevaluasi dirinya sendiri.

Baca Juga: Dua Ton Sabu Dimusnahkan BNN di Batam, Selamatkan 8 Juta Jiwa Bahaya Narkoba

Apa Itu Self-Serving Bias?

Melansir dari Instagram @heuraclius secara definisi, self-serving bias adalah kecenderungan seseorang untuk menghubungkan keberhasilan dengan faktor internal (seperti kemampuan atau usaha pribadi), namun ketika mengalami kegagalan, mereka cenderung menyalahkan faktor eksternal seperti lingkungan, orang lain, bahkan sistem sosial.

Bias ini terjadi secara tidak sadar dan sering kali tidak kita sadari sebagai sebuah kesalahan berpikir. Dalam jangka pendek, bias ini mungkin terasa “menyelamatkan harga diri”.

Namun dalam jangka panjang, ia justru menghambat perkembangan diri karena menghalangi proses refleksi yang jujur terhadap kesalahan pribadi.

Contoh Nyata di Sekitar Kita

Mari ambil beberapa contoh konkret. Misalnya, Anda melamar pekerjaan namun tidak diterima. Daripada menganalisis kelemahan dalam persiapan wawancara atau isi CV Anda, pikiran Anda lebih cepat menyimpulkan:

“Pasti yang diterima punya koneksi orang dalam.”

Contoh lain, Anda membuka usaha kecil seperti berjualan bakso. Ketika dagangan sepi, alih-alih mempertimbangkan ulang resep, strategi pemasaran, atau pelayanan, Anda memilih menyalahkan:

“Orang-orang sekarang lebih suka makanan asing.”

“Pemerintah tidak mendukung UMKM.”

“Lingkungan saya tidak supportif.”

Padahal, bisa jadi baksu Anda belum memenuhi ekspektasi rasa atau belum memiliki strategi promosi yang efektif.

Mengapa Self-Serving Bias Berbahaya?

Pikiran seperti ini berbahaya karena menciptakan ilusi kontrol yang palsu. Di satu sisi, kita merasa memegang kendali penuh atas kesuksesan. Tapi di sisi lain, kita menyerahkan tanggung jawab atas kegagalan pada hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Alhasil, kita kehilangan sense of agency atau kendali atas hidup kita sendiri.

Dampaknya:

  • Kita menjadi defensif dan sulit menerima kritik.
  • Kita berhenti belajar dan memperbaiki diri.
  • Kita membentuk kebiasaan menyalahkan orang lain.

Jebakan ini menjadi lebih serius di masyarakat dengan tingkat literasi kritis rendah. Di mana sebagian besar populasi belum terlatih dalam refleksi psikologis dan cenderung menggunakan pola pikir simplistik: sukses karena pintar, gagal karena sial.

Kaitan dengan Bias Psikologis Lainnya

Self-serving bias sering kali hadir bersama mind traps atau jebakan pikiran lainnya. Dua di antaranya yang paling umum:

1. All-or-Nothing Thinking

Pola pikir ini membuat seseorang menilai keberhasilan dan kegagalan secara ekstrem. Misalnya:

“Kalau saya tidak sempurna, berarti saya gagal total.”

Padahal dalam kenyataannya, keberhasilan dibangun dari serangkaian kegagalan kecil yang dijadikan pelajaran. Pikiran ekstrem ini membuat seseorang rentan stres dan merasa cepat putus asa.

2. Perfectionism

Perfeksionisme terlihat seperti hal yang baik. Tapi pada dasarnya, ini adalah mekanisme mental yang membuat seseorang menunda karena merasa belum siap, belum sempurna, belum ideal.

“Saya belum jualan karena desain logo belum bagus.”

“Saya belum mulai proyek karena belum ada kamera terbaik.”

Perfeksionisme membuat seseorang kehilangan momentum, terlalu sibuk menunggu waktu yang “sempurna”, padahal kesempatan tidak menunggu kesiapan absolut.

Mengapa Anda Perlu Belajar Mind Traps?

Sadar atau tidak, mind traps seperti self-serving bias dan sejenisnya adalah faktor penghambat utama kesuksesan pribadi. Di negara dengan mayoritas sumber daya manusia (SDM) yang belum mencapai kualitas optimal, jebakan berpikir ini bisa menjadi bom waktu.

Tanpa kemampuan untuk menganalisis diri secara jujur, seseorang tidak hanya stagnan, tapi bisa membuat keputusan yang salah secara terus-menerus. Pendidikan formal tidak cukup tanpa pelatihan berpikir reflektif.

Meningkatkan Kesadaran: Apa yang Bisa Anda Lakukan?

1. Refleksi Harian

Luangkan waktu 10 menit setiap hari untuk mengevaluasi:

  • Apa yang saya lakukan hari ini?
  • Apa yang bisa saya perbaiki?
  • Apakah saya menyalahkan sesuatu di luar kendali saya?

2. Terbuka pada Umpan Balik

Belajarlah mendengar, bukan untuk membalas, tapi untuk memahami. Kritik bukan serangan, tapi peluang belajar.

3. Tulis Jurnal Proses, Bukan Hasil

Alih-alih mencatat hanya keberhasilan, catat pula proses jatuh bangun Anda. Ini akan membangun mentalitas growth mindset.

4. Kenali Pola Bahasa Anda

Setiap kali Anda menggunakan kalimat:

“Kalau saja…”,

“Gara-gara mereka…”,

“Seandainya sistemnya lebih baik…”

Tanyakan pada diri sendiri: apakah ini benar-benar di luar kendali saya? Atau saya hanya belum mengakui kesalahan?

Baca Juga: Contoh Kunci Jawaban PPG 2025 Modul 2 Topik 3: Memahami Langkah Kolb Experiential Learning

Mau Jadi Bagian dari SDM Rendah atau Tidak?

Ini bukan hanya masalah pribadi. Ini adalah refleksi kualitas SDM sebuah bangsa. Bangsa yang besar bukan hanya memiliki infrastruktur yang kuat, tapi juga masyarakat yang mau belajar dari kesalahan, mampu refleksi diri, dan tidak arogan terhadap pengetahuan baru.

Mengakui self-serving bias bukanlah bentuk kelemahan, melainkan tanda kedewasaan mental. Karena hanya orang yang jujur terhadap dirinya sendirilah yang dapat menjadi versi terbaik dari dirinya.

Self-serving bias adalah bias yang menjebak kita dalam lingkaran pembenaran dan rasa puas diri palsu. Meski terdengar sepele, dampaknya sangat besar terhadap pola pikir, pengambilan keputusan, hingga relasi sosial. Jika tidak disadari, kita akan terus berputar dalam pola kegagalan yang sama.

Untuk itu, pelajari dan kenali bias ini sejak dini. Jangan biarkan ego menghalangi Anda untuk berkembang. Karena pada akhirnya, keberhasilan sejati bukan tentang siapa yang salah, tapi siapa yang bersedia belajar lebih dulu.


Berita Terkait


News Update