CASEL Jadi Jawaban Krisis Emosional Siswa? Ini Penerapannya Langsung di Ruang Kelas

Jumat 13 Jun 2025, 09:10 WIB
Tak Hanya Akademik! Begini Cara Guru Menerapkan CASEL untuk Bina Emosi Siswa di Kelas (Sumber: Pinterest)

Tak Hanya Akademik! Begini Cara Guru Menerapkan CASEL untuk Bina Emosi Siswa di Kelas (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Pendidikan saat ini tidak lagi cukup hanya mengandalkan kecakapan akademik. Dalam dunia yang kompleks dan dinamis, anak-anak perlu lebih dari sekadar kemampuan berhitung atau menghafal.

Mereka memerlukan kemampuan mengenali emosi, menjalin hubungan sosial yang sehat, serta mengambil keputusan yang bijak dan bertanggung jawab. Inilah tujuan utama dari pendekatan CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning), yang kini menjadi acuan global dalam pembelajaran sosial-emosional (SEL).

CASEL bukanlah metode belajar yang berdiri sendiri. Ia merupakan kerangka strategis yang mengintegrasikan pengembangan akademik dengan keterampilan sosial dan emosional dalam setiap aspek kehidupan siswa di sekolah.

Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan iklim belajar yang inklusif, reflektif, dan berorientasi pada pembentukan karakter jangka panjang.

Baca Juga: Setelah Jepang Bungkam Indonesia 6-0, Sutradara FIlm Jumbo Siapkan Proyek Animasi Bertema Sepakbola ala Captain Tsubasa

Lima Kompetensi Inti dalam CASEL

Kerangka CASEL dibangun di atas lima kompetensi utama, yaitu:

  1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
  2. Manajemen Diri (Self-Management)
  3. Kesadaran Sosial (Social Awareness)
  4. Keterampilan Relasi (Relationship Skills)
  5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making)

Setiap kompetensi ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling terhubung dalam membentuk pribadi yang utuh secara emosional dan sosial.

Kesadaran Diri dan Pengelolaan Emosi: Memulai Hari dengan Refleksi

Implementasi SEL berbasis CASEL dapat dimulai dari kegiatan sederhana. Di banyak sekolah, check-in emosional menjadi rutinitas awal sebelum pelajaran dimulai.

Guru mengajak siswa untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui simbol warna, ekspresi wajah, atau jurnal harian. Praktik ini membantu siswa mengenali dan memahami apa yang mereka rasakan, sebuah proses awal dalam membangun kesadaran diri.

Selain itu, keberadaan peace corner atau sudut refleksi di dalam kelas menjadi ruang aman bagi siswa untuk menenangkan diri saat menghadapi tekanan emosi. Di sana, siswa belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat tanpa harus melarikan diri atau meluapkannya secara destruktif.

Kesadaran Sosial dan Keterampilan Relasi: Empati Lewat Interaksi

Untuk membangun kesadaran sosial dan keterampilan menjalin relasi, siswa diajak berdiskusi dalam kelompok kecil mengenai isu sosial, konflik antar teman, atau perbedaan pendapat. Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat menyajikan cerita bertema konflik sosial, lalu siswa diminta melihat dari berbagai sudut pandang.


Berita Terkait


News Update