POSKOTA.CO.ID - Pendidikan saat ini tidak lagi cukup hanya mengandalkan kecakapan akademik. Dalam dunia yang kompleks dan dinamis, anak-anak perlu lebih dari sekadar kemampuan berhitung atau menghafal.
Mereka memerlukan kemampuan mengenali emosi, menjalin hubungan sosial yang sehat, serta mengambil keputusan yang bijak dan bertanggung jawab. Inilah tujuan utama dari pendekatan CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning), yang kini menjadi acuan global dalam pembelajaran sosial-emosional (SEL).
CASEL bukanlah metode belajar yang berdiri sendiri. Ia merupakan kerangka strategis yang mengintegrasikan pengembangan akademik dengan keterampilan sosial dan emosional dalam setiap aspek kehidupan siswa di sekolah.
Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan iklim belajar yang inklusif, reflektif, dan berorientasi pada pembentukan karakter jangka panjang.
Lima Kompetensi Inti dalam CASEL
Kerangka CASEL dibangun di atas lima kompetensi utama, yaitu:
- Kesadaran Diri (Self-Awareness)
- Manajemen Diri (Self-Management)
- Kesadaran Sosial (Social Awareness)
- Keterampilan Relasi (Relationship Skills)
- Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making)
Setiap kompetensi ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling terhubung dalam membentuk pribadi yang utuh secara emosional dan sosial.
Kesadaran Diri dan Pengelolaan Emosi: Memulai Hari dengan Refleksi
Implementasi SEL berbasis CASEL dapat dimulai dari kegiatan sederhana. Di banyak sekolah, check-in emosional menjadi rutinitas awal sebelum pelajaran dimulai.
Guru mengajak siswa untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui simbol warna, ekspresi wajah, atau jurnal harian. Praktik ini membantu siswa mengenali dan memahami apa yang mereka rasakan, sebuah proses awal dalam membangun kesadaran diri.
Selain itu, keberadaan peace corner atau sudut refleksi di dalam kelas menjadi ruang aman bagi siswa untuk menenangkan diri saat menghadapi tekanan emosi. Di sana, siswa belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat tanpa harus melarikan diri atau meluapkannya secara destruktif.
Kesadaran Sosial dan Keterampilan Relasi: Empati Lewat Interaksi
Untuk membangun kesadaran sosial dan keterampilan menjalin relasi, siswa diajak berdiskusi dalam kelompok kecil mengenai isu sosial, konflik antar teman, atau perbedaan pendapat. Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat menyajikan cerita bertema konflik sosial, lalu siswa diminta melihat dari berbagai sudut pandang.