Waspada Varian Baru Covid-19, Apakah Nimbus Lebih Menular dan Berbahaya dari Omicron?

Rabu 11 Jun 2025, 12:25 WIB
Ilustrasi virus Covid- 19. Varian baru Covid-19 Nimbus dilaporkan lebih menular. Ketahui gejalanya, peta sebaran di 22 negara, dan penjelasan ahli tentang mutasi antibodi yang perlu diwaspadai. (Sumber: Freepik/kjpargeter)

Ilustrasi virus Covid- 19. Varian baru Covid-19 Nimbus dilaporkan lebih menular. Ketahui gejalanya, peta sebaran di 22 negara, dan penjelasan ahli tentang mutasi antibodi yang perlu diwaspadai. (Sumber: Freepik/kjpargeter)

Sementara itu, Asia Tenggara (SEAR) hanya melaporkan 5 kasus, sedangkan Afrika (AFR) dan Mediterania Timur (EMR) belum terdeteksi.

Baca Juga: Waspada Varian Baru COVID-19 Nimbus NB.1.8.1, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Apakah Varian Nimbus Lebih Berbahaya?

WHO menegaskan bahwa belum ada bukti varian ini menyebabkan penyakit lebih parah dibanding varian sebelumnya.

"Meskipun terdapat peningkatan kasus dan rawat inap secara bersamaan di beberapa negara tempat NB.1.8.1 menyebar luas, data saat ini tidak menunjukkan bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," demikian pernyataan WHO, dikutip dari laman resminya, Selasa 10 Juni 2025.

Asal Usul dan Karakteristik Nimbus

Varian Nimbus pertama kali terdeteksi pada akhir Januari 2025 sebagai subvarian dari Omicron JN.1. Dr. Shira Doron, Kepala Pengendalian Infeksi di Tufts Medicine, menjelaskan bahwa varian ini memiliki perbedaan genetik signifikan dari strain dominan sebelumnya.

Meski begitu, varian Omicron baru tampaknya berevolusi menjadi lebih mirip satu sama lain dan dapat mengurangi risiko pergeseran besar dalam penyakit tersebut.

Negara yang Telah Melaporkan Kasus Nimbus

  • Amerika Serikat (AS): Terdeteksi di California, Washington, Virginia, dan New York.
  • China dan Hong Kong: Menjadi episentrum penyebaran tercepat.
  • 22 Negara Lain: Termasuk beberapa negara di Eropa dan Pasifik Barat.

Benarkah Nimbus Lebih Menular?

Dr. Lara Herrero, ahli virus dari Universitas Griffith, Australia, menyatakan bahwa varian ini memiliki afinitas pengikatan lebih kuat terhadap reseptor ACE2 manusia, yang memungkinkannya menginfeksi sel lebih efisien.

Dr. Herero menyebutkan bahwa "Dengan menggunakan model berbasis laboratorium, para peneliti menemukan NB.1.8.1 memiliki afinitas pengikatan terkuat terhadap reseptor ACE2 manusia dari beberapa varian yang diuji, yang menunjukkan bahwa ia dapat menginfeksi sel lebih efisien daripada strain sebelumnya,"

Dr. Chun Tang, dokter umum di Pall Mall Medical (Inggris), menambahkan bahwa perubahan pada protein spike Nimbus mungkin membuatnya lebih mudah menular, tetapi belum terbukti lebih mematikan.

Baca Juga: Gejala COVID-19 Varian Nimbus, Apakah Lebih Berbahaya?

Apakah Vaksin Masih Efektif?

WHO menyatakan bahwa vaksin COVID-19 saat ini masih memberikan perlindungan terhadap gejala berat dan rawat inap akibat varian Nimbus. Namun, pemantauan terus dilakukan untuk memastikan efektivitasnya.

Varian Nimbus (NB.1.8.1) menjadi sorotan WHO karena penyebarannya yang cepat dan potensi evasi imun. Meski belum terbukti lebih berbahaya, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, memakai masker di keramaian, dan melengkapi vaksinasi.


Berita Terkait


News Update