Apakah Varian Baru Covid-19 Nimbus Sudah Masuk Indonesia? Ini Kata Kemenkes dan Kenali Gejala hingga Cara Mencegah Penularannya

Rabu 11 Jun 2025, 13:20 WIB
WHO tetapkan varian Nimbus (NB.1.8.1) sebagai variant under monitoring. Ini gejala, penyebaran global, dan efektivitas vaksin terbaru (Sumber: Freepik)

WHO tetapkan varian Nimbus (NB.1.8.1) sebagai variant under monitoring. Ini gejala, penyebaran global, dan efektivitas vaksin terbaru (Sumber: Freepik)

POSKOTA.CO.ID - World Health Organization (WHO) kembali mencatat kemunculan varian baru Covid-19 yang patut diwaspadai. Varian NB.1.8.1, yang dijuluki Nimbus, secara resmi ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) pada 23 Mei 2025 setelah ditemukan menyebar di 22 negara.

Lonjakan kasus global varian ini mencapai 10,7 persen dari total sekuens genom virus yang dilaporkan hingga pertengahan Mei 2025, menandakan potensi peningkatan penularan.

Meski demikian, WHO menegaskan bahwa risiko kesehatan masyarakat akibat varian Nimbus masih tergolong rendah. Vaksin Covid-19 yang ada saat ini dinilai tetap efektif mencegah gejala berat dan kematian, terutama pada kelompok rentan.

Namun, badan kesehatan global itu mengimbau seluruh negara untuk memperkuat sistem surveilans genomik guna memantau perkembangan varian ini lebih lanjut. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan memastikan bahwa varian Nimbus belum terdeteksi hingga akhir Mei 2025.

Baca Juga: Covid-19 Varian Nimbus Menyebar Lebih Cepat! Ketahui Potensi Risiko Setelah Dikelasifikasikan WHO sebagai VUM

Kendati demikian, para ahli mengingatkan agar masyarakat tidak lengah, mengingat perubahan cuaca dan penurunan kedisiplinan protokol kesehatan bisa menjadi faktor pendorong lonjakan kasus.

Kewaspadaan dini dan langkah pencegahan dinilai kunci untuk menghadapi potensi gelombang baru pandemi ini.

Varian Nimbus dalam Perhatian WHO

Data WHO per 10 Juni 2025 menunjukkan, Nimbus menyumbang 10,7 persen dari total kasus Covid-19 yang terdeteksi secara global hingga pertengahan Mei.

Varian turunan Omicron ini memiliki mutasi unik pada protein spike, tetapi belum menunjukkan peningkatan keparahan gejala atau penurunan signifikan efektivitas vaksin.

"Vaksin saat ini masih mampu melindungi dari gejala berat dan kematian, terutama bagi kelompok rentan," tegas laporan WHO. Namun, badan kesehatan tersebut meminta semua negara memperkuat sistem pemantauan genomik dan pelacakan kasus.

Situasi di Indonesia: Nimbus Belum Terdeteksi

Kementerian Kesehatan RI melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Aji Muhawarman, mengonfirmasi bahwa hingga akhir Mei 2025, varian Nimbus belum ditemukan di Indonesia. "Varian yang dominan saat ini adalah MB.1.1 dan KP.2.18, dengan risiko rendah mirip JN.1," jelas Aji.

Namun, pakar imunologi Universitas Airlangga, Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, mengingatkan bahwa perubahan cuaca dan penurunan kekebalan populasi bisa memicu lonjakan kasus. "Musim dingin yang tidak biasa tahun ini menciptakan kondisi ideal untuk penularan virus, mirip awal pandemi 2020," ujarnya.

Baca Juga: Waspada Varian Baru COVID-19 Nimbus NB.1.8.1, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Gejala Covid-19 Varian Nimbus

Laporan dari negara-negara terdampak mengidentifikasi gejala varian Nimbus yang khas:

  • Sakit tenggorokan parah: Dideskripsikan seperti "tertusuk pecahan kaca".
  • Ruam merah di mulut dan pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Gangguan pencernaan: Mual dan diare, yang jarang ditemukan pada varian sebelumnya.
  • Gejala umum lain: batuk ringan, hidung tersumbat, dan kelelahan ekstrem.
  • Strategi Mitigasi: Vaksinasi dan Adaptasi Protokol Kesehatan

Dr. Agung menekankan pentingnya pembaruan vaksin Covid-19 untuk menyesuaikan dengan mutasi virus. "Seperti vaksin flu, kita butuh formula terbaru yang spesifik untuk varian Omicron turunan," paparnya.

Sementara itu, Kemenkes RI mengimbau masyarakat:

  1. Segera melengkapi vaksinasi booster.
  2. Memakai masker di kerumunan, terutama bagi yang bergejala.
  3. Meningkatkan imunitas dengan pola hidup sehat.

Baca Juga: Waspada Varian Baru Covid-19, Apakah Nimbus Lebih Menular dan Berbahaya dari Omicron?

Perlunya Keseimbangan antara Kewaspadaan dan Kepanikan

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Dr. Laura Navika Yamani, menilai Nimbus belum masuk kategori variant of concern (VOC). "Tapi, sejarah mengajarkan kita untuk tidak mengabaikan sinyal awal. Pemantauan ketat dan respons cepat kunci menghadapi varian baru," tandasnya.

WHO memproyeksikan pembaruan rekomendasi global jika ditemukan bukti peningkatan risiko. Untuk sementara, masyarakat diharapkan tetap tenang namun disiplin menerapkan langkah pencegahan.

Dengan terus bermutasinya virus SARS-CoV-2, kemunculan varian Nimbus menjadi pengingat bahwa pandemi belum sepenuhnya berakhir.

Meskipun risiko kesehatan masyarakat saat ini dinilai rendah, kewaspadaan dan kesiapsiagaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan perkembangan di masa mendatang. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini.

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang namun waspada, dengan terus mematuhi protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi.

Sementara itu, pemantauan ketat dari WHO dan otoritas kesehatan global akan terus dilakukan untuk memastikan respons yang tepat dan cepat terhadap perkembangan varian ini. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kita dapat bersama-sama melewati fase baru pandemi ini dengan lebih baik.


Berita Terkait


News Update