Greenpeace Soroti Eksploitasi Nikel di Raja Ampat, Susi Pudjiastuti Desak Prabowo Bertindak

Kamis 05 Jun 2025, 13:11 WIB
Soal eksploitasi tambang nikel di Raja Ampat, Susi Pudjiastuti minta Presiden Prabowo turun tangan. (Sumber: Instagram)

Soal eksploitasi tambang nikel di Raja Ampat, Susi Pudjiastuti minta Presiden Prabowo turun tangan. (Sumber: Instagram)

POSKOTA.CO.ID - Raja Ampat, salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan nikel yang semakin masif.

Greenpeace Indonesia, dalam sebuah aksi damai yang berlangsung saat Indonesia Critical Minerals Conference & Expo di Jakarta (3 Juni 2025), menyuarakan keprihatinan terhadap dampak ekologis yang ditimbulkan oleh industrialisasi nikel di wilayah ini.

Dalam aksi tersebut, sejumlah aktivis Greenpeace dan empat pemuda Papua membentangkan spanduk protes di hadapan pejabat pemerintah, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno.

Dengan seruan seperti "Save Raja Ampat from nickel mining" dan "Nickel mines destroy lives," para aktivis menuntut perhatian terhadap kerusakan lingkungan yang mereka nilai diabaikan oleh pemerintah dalam program hilirisasi mineral.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Meningkat di Asia, Kemenkes RI: Masih Dalam Batas Aman

Ancaman Serius bagi Pulau-Pulau Kecil

Greenpeace Indonesia dalam laporannya mengungkap bahwa kegiatan pertambangan nikel telah terjadi di Pulau Gag, Kawe, dan Manuran.

Ketiganya merupakan pulau kecil yang semestinya dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Analisis citra satelit dan kajian lapangan menunjukkan lebih dari 500 hektare hutan tropis khas telah ditebang untuk keperluan pertambangan.

Limpasan tanah akibat pembukaan lahan dan pengerukan tanah telah mengalir ke pesisir, menyebabkan sedimentasi yang merusak terumbu karang dan mengganggu sistem ekologi laut.

Baca Juga: PLN Umumkan Tarif Listrik Juni 2025 Tetap Stabil dan Tidak Naik, Subsidi Dialihkan ke Bantuan Tunai Program BSU

Aktivitas tersebut bukan hanya mengancam spesies laut, tetapi juga keberlangsungan hidup masyarakat lokal yang menggantungkan hidup dari laut dan hutan.


Berita Terkait


News Update