POSKOTA.CO.ID - Belakangan ini, jagat media sosial Indonesia kembali digemparkan dengan pernyataan kreator konten Koirapat Pormponpitak yang menyebut dirinya tidak ingin menjadi anak Dono Warkop, tetapi lebih memilih menjadi anak Robert Davis Chaniago.
Ungkapan ini sontak mengundang tanya publik—siapakah sebenarnya sosok Robert Davis Chaniago? Apakah ia tokoh nyata, atau hanya bagian dari kisah fiksi?
Pernyataan yang dikutip dari akun X (sebelumnya Twitter) @medyrenaldy_ itu menimbulkan gelombang keingintahuan sekaligus nostalgia terhadap karakter-karakter legendaris dalam perfilman Indonesia, khususnya dari kelompok komedi ternama Warkop DKI.
"Saya nggak mau jadi anaknya Dono. Saya maunya jadi anaknya Robert Davis Chaniago." – Koirapat Pormponpitak
Baca Juga: Bisa Lewat Smartphone, Begini Cara Cek Pinjol Ilegal di Situs Resmi OJK 2025
Jejak Legendaris dalam Film “Pokoknya Beres” (1983)
Nama Robert Davis Chaniago pertama kali mencuat dalam film "Pokoknya Beres" yang dirilis pada tahun 1983, dibintangi oleh trio Warkop DKI: Dono, Kasino, dan Indro.
Dalam film tersebut, Dono, yang diperankan oleh almarhum Wahyu Sardono, digambarkan sebagai pemuda sederhana dengan keahlian memasak luar biasa, namun kesulitan mendapatkan pekerjaan karena tidak memiliki latar belakang pendidikan kuliner.
Situasi berubah ketika secara tidak sengaja, Dono diterima bekerja di sebuah restoran mewah karena disangka sebagai Robert Davis Chaniago, seorang chef legendaris spesialis masakan Padang yang dikabarkan pernah belajar di Le Cordon Bleu, Paris.
Ironisnya, tokoh Robert Davis tidak pernah benar-benar muncul di layar. Ia hanya hadir sebagai nama besar yang disebut dalam dialog, menjadi simbol harapan, ekspektasi, sekaligus sumber kekeliruan yang melahirkan komedi.
Robert Davis Chaniago: Antara Fiksi dan Realita Budaya
Robert Davis Chaniago tidak lebih dari tokoh fiktif, namun posisinya dalam narasi film membuatnya memiliki tempat tersendiri dalam budaya populer Indonesia. Ia adalah sosok imajiner yang identitasnya dibentuk oleh reputasi dan persepsi, bukan tindakan.
Sebagai tokoh yang tak muncul secara fisik, Robert Davis menjadi metafora akan pencarian identitas dan pengakuan dalam masyarakat.