4 Pelajaran Stoikisme untuk Hidup yang Lebih Tenang dan Bermakna

Minggu 01 Jun 2025, 09:21 WIB
Stoikisme membuat hidup lebih tenang dan bermakna. (Sumber: Freepik)

Stoikisme membuat hidup lebih tenang dan bermakna. (Sumber: Freepik)

POSKOTA.CO.ID - Filosofi Stoikisme atau Stoicism adalah pendekatan hidup yang telah terbukti relevan sejak zaman Kekaisaran Romawi hingga era modern.

Tokoh-tokoh seperti Marcus Aurelius, Epictetus, dan Musonius Rufus memberikan banyak panduan praktis tentang bagaimana manusia dapat hidup secara lebih bijak dan damai.

Pelajaran menjadi stoik adalah untuk bisa menjalani hidup sepenuhnya dengan lebih tenang dan bermakna.

Stoicism mengajarkan untuk bisa hidup tanpa terlalu bergantung pada hal-hal di luar kendali kita.

Baca Juga: Strategi Pengelolaan Keuangan untuk Shio Ayam

4 Pelajaran Stoikisme Buat Hidup Lebih Tenang dan Bermakna

Berikut ini adalah empat pelajaran utama dari Stoikisme yang bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dilansir dari kanal YouTube Satu Persen.

1. Kurangi Mengeluh, Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan

Salah satu kutipan terkenal dari Marcus Aurelius menyatakan bahwa "Jika kamu kesal karena sesuatu di luar kendalimu, maka kamu menyia-nyiakan energimu."

Mengeluh memang merupakan respons alami terhadap tekanan, tetapi Stoikisme mengajarkan bahwa terlalu sering mengeluh akan mengalihkan fokus kita dari solusi menuju keluhan itu sendiri.

Stoikisme mengajak kita untuk berhenti memberikan reaksi berlebihan terhadap hal-hal eksternal, dan mulai berfokus pada bagaimana kita merespon situasi tersebut.

Energi yang biasa kita pakai untuk mengeluh, sebaiknya dialihkan pada tindakan nyata dan perbaikan diri.

Baca Juga: Coba Rekomendasi Minuman yang Bisa Bikin Kulit Kencang agar Terlihat Awet Muda

2. Jangan Cari Validasi Lewat Pengembangan Diri

Epictetus, filsuf Stoik yang berasal dari kalangan budak, menekankan pentingnya melakukan pengembangan diri tanpa harus mengumumkannya kepada dunia.

Dalam ajarannya, Epictetus menyampaikan bahwa jika Anda merasa perlu untuk menunjukkan proses pertumbuhan Anda kepada orang lain, bisa jadi Anda hanya mencari pujian atau validasi.

Pelajaran ini mengajak kita untuk melakukan introspeksi: apakah motivasi kita berkembang berasal dari kebutuhan internal atau sekadar untuk mendapatkan pengakuan?

Menjadi Stoik berarti Anda terus bertumbuh, bukan demi orang lain, tapi demi versi terbaik dari diri sendiri.

Baca Juga: Satu Hal Ini Sering Diremehkan, Padahal Bisa Menghapus Kekhawatiran Hidup Sepenuhnya

3. Lakukan Segalanya Secukupnya: Kunci Mindfulness

Musonius Rufus mengajarkan bahwa "Seseorang yang menjalani hidup Stoik akan makan dan minum dengan perlahan dan penuh kesadaran."

Prinsip ini melampaui urusan makanan; ia adalah ajakan untuk hidup secara mindful.

Mindfulness atau kesadaran penuh adalah inti dari banyak praktik Stoik. Hidup secukupnya berarti Anda tidak berlebihan dalam emosi, konsumsi, atau ekspektasi.

Anda menyadari batasan diri, menikmati apa yang ada di depan mata, dan tidak dikendalikan oleh keinginan yang tidak perlu.

Dengan kesadaran semacam itu, Anda akan lebih mampu membuat keputusan yang bijak dan tidak mudah terbawa oleh situasi.

4. Lebih Banyak Mendengar daripada Berbicara

Zeno dari Citium, pendiri Stoikisme, pernah berkata bahwa manusia diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut agar lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

Mendengarkan dengan seksama adalah bentuk empati dan kekuatan yang jarang dimiliki dalam masyarakat yang penuh dengan kebisingan ini.

Mendengarkan membuat Anda memperoleh informasi lebih banyak, memahami sudut pandang orang lain, dan menjauhkan diri dari perdebatan tidak produktif.

Bagi seorang Stoik, kemampuan untuk menahan diri berbicara dan benar-benar hadir untuk mendengarkan adalah ciri kebijaksanaan sejati.

Keempat pelajaran ini mengurangi keluhan, tidak mencari validasi eksternal, hidup secara mindful, dan memperbanyak mendengar adalah fondasi Stoikisme yang dapat diterapkan siapa pun dalam kehidupan modern.

Meskipun berasal dari abad ke-3 sebelum Masehi, prinsip-prinsip ini tetap relevan untuk menghadapi stres, tuntutan sosial, hingga kebutuhan akan pengembangan diri saat ini.

Mengembangkan diri secara Stoik bukanlah tentang menjadi sempurna seketika. Justru, kunci utama adalah konsistensi bertumbuh perlahan tapi pasti.

Perubahan kecil yang dilakukan terus menerus akan menghasilkan perbedaan besar dalam jangka panjang.


Berita Terkait


News Update