"Saya berada di lantai paling atas Gedung Sate ketika trofi diangkat dan diperlihatkan kepada bobotoh. Ketika saya berdampingan dengan Kang Adam Alis, ada seseorang yang menyuruh saya memegang piala. Saya menjawab, ‘Jangan, itu hak pemain’ sebagai bentuk penghormatan," terang Dedi Mulyadi dalam penuturannya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat Adam menanyakan bonus, ia justru menjawab, "Nanti di bawah." Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa pengumuman bonus akan disampaikan saat berada di hadapan para pendukung di halaman Gedung Sate.
"Saya mengajak mereka semua turun karena ingin mengumumkan bonus di tengah-tengah para bobotoh. Jadi Kang Adam Alis, Anda tidak perlu merasa tidak dikenali. Anda itu pemain terkenal, tidak mungkin saya tidak tahu," imbuhnya sembari tersenyum.
Pernyataan Dedi tersebut sontak memancing berbagai reaksi lucu dan simpati dari publik. Banyak yang menilai peristiwa ini sebagai bentuk keakraban yang menyegarkan di tengah suasana formal perayaan kemenangan.
Klarifikasi yang disampaikan dengan santai dan humoris juga memperlihatkan citra Dedi sebagai pemimpin yang komunikatif dan membumi.
Di hari yang sama, setelah klarifikasi tersebut, video lanjutan yang memperlihatkan Dedi Mulyadi naik sisingaan di tengah kerumunan bobotoh pun beredar.
Dari atas panggung mini tersebut, Dedi mengumumkan secara resmi bahwa para pemain Persib akan menerima bonus sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan membawa pulang trofi juara Liga 1 musim ini.
Momen ini tidak hanya menjadi catatan menarik dalam sejarah perayaan Persib, tetapi juga menunjukkan bagaimana interaksi antara pejabat publik dan atlet dapat menjadi inspirasi dan hiburan di saat bersamaan.
Meskipun terjadi salah paham ringan, klarifikasi dari Dedi Mulyadi berhasil meredakan spekulasi dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai bagian dari cerita unik yang mempererat relasi antara pemain, pemerintah daerah, dan masyarakat pecinta sepak bola di Jawa Barat.