POSKOTA.CO.ID – Fenomena penipuan dan teror dari sejumlah penyedia pinjaman online (pinjol) kembali mencuat.
Kali ini, para korban tak hanya dihadapkan pada intimidasi dari debt collector (DC), namun juga teror melalui pengiriman kode OTP (One Time Password) secara beruntun.
Lebih mengkhawatirkan lagi, muncul modus baru yang melibatkan segerombolan orang datang ke rumah korban, mengaku kehilangan ponsel dan menuduh bahwa lokasi terakhir ponsel berada di rumah korban.
Baca Juga: Apakah Aplikasi Pinjol Singa Aman untuk Digunakan? Simak Faktanya di Sini
Salah satu korban yang membagikan pengalamannya mengungkapkan bahwa ia didatangi 8 hingga 10 orang yang mengaku sebagai rekan dari seseorang yang kehilangan iPhone.
Mereka menunjukkan bukti pelacakan lokasi yang mengarah ke rumah korban. Namun ketika diminta menunjukkan pencarian secara langsung atau menghubungi nomor ponsel yang hilang, mereka justru menghindar.
“Ketika saya tanya siapa pemilik HP yang hilang, tidak ada satu pun dari mereka yang mengaku. Mereka hanya bilang ‘teman kami’ tapi orangnya tidak hadir.
Baca Juga: Waspada Pinjol Ilegal! Inilah Bahaya di Balik Pencairan Dana Instan
Saya langsung bilang silakan bawa polisi atau RT kalau memang benar,” ujar korban yang tak ingin disebutkan namanya, dikutip dari YouTube Desi Sutriani pada Selasa, 20 Mei 2025.
Teror Kode OTP Pinjol
Selain modus kunjungan langsung, teror digital juga menjadi salah satu metode intimidasi yang digunakan.
Seorang nasabah baru yang baru saja gagal bayar (galbay) setelah terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mengaku menerima puluhan pesan kode OTP dari berbagai aplikasi pinjaman.
Kode-kode OTP tersebut dikirimkan dari aplikasi yang bahkan tidak pernah diunduh oleh korban. Dalam sehari, ia bisa menerima pesan dari sejumlah aplikasi seperti Adira, ACI, dan lainnya.
Hal ini sempat memunculkan kekhawatiran bahwa ponselnya telah diretas.
Namun, berdasarkan informasi dari mantan DC, pengiriman kode OTP tersebut adalah salah satu trik untuk menakut-nakuti nasabah yang gagal bayar. Kode tersebut tidak berasal dari upaya peretasan, melainkan dibuat secara sengaja untuk memberikan tekanan psikologis.
Sasaran Utama Teror Pinjol
Terdapat pola tertentu dalam serangan ini. Para DC biasanya menargetkan:
1. Nasabah baru yang gagal bayar
Terutama mereka yang baru mengajukan pinjaman dan mengalami kesulitan pembayaran dalam beberapa cicilan pertama.
2. Nasabah lama yang kembali mengajukan pinjaman
Apalagi jika mereka kerap menggunakan pola "gali lubang tutup lubang".
3. Nasabah yang hilang kontak
Setelah sempat menghilang, nasabah jenis ini sering menjadi sasaran teror saat kembali terdeteksi, misalnya melalui daftar kontak.
Saat ini, baik pinjol legal maupun ilegal diketahui telah saling terhubung secara sistemik. Artinya, ketika seseorang mengajukan pinjaman di satu aplikasi, informasi tersebut bisa diketahui oleh penyedia pinjol lain.
Tips Menghadapi Teror dan Intimidasi Pinjol
Bagi nasabah yang saat ini berada dalam kondisi gagal bayar, berikut beberapa saran untuk menghadapi tekanan dari pinjol:
- Jangan panik ketika didatangi orang asing yang mengaku kehilangan HP. Minta bukti dan ajak menyelesaikan secara hukum dengan melibatkan pihak berwenang seperti polisi atau RT/RW.
- Abaikan kode OTP yang tidak relevan, dan blokir nomor pengirim.
- Jangan mudah percaya bahwa ponsel telah diretas. Verifikasi melalui pengaturan keamanan ponsel dan hindari klik tautan mencurigakan.
- Tingkatkan pemahaman hukum dan literasi digital agar tidak mudah menjadi sasaran penipuan dan intimidasi.