POSKOTA.CO.ID – Program barak militer yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terus menuai pro dan kontra. Salah satu pihak yang mengkritik program ini adalah aktor sekaligus Anggota DPR RI, Verrel Bramasta.
Menurutnya, mengatasi masalah siswa nakal tidak seharusnya dilakukan melalui pendekatan militer, melainkan melalui peran orang tua dan stakeholder terkait.
Verrel menyarankan agar penanganan siswa bermasalah lebih difokuskan pada pembinaan yang melibatkan pihak keluarga, daripada mengandalkan instansi militer yang terkesan keras.
Menanggapi kritikan tersebut, Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, yang akrab disapa Om Zein, mengundang Verrel untuk turun langsung ke wilayahnya.
“Ya ampun mas, mas. Mas kan dapil sini, mendingan turun deh mas, liat langsung deh daripada mas berwacana,” ujar Om Zein, yang dengan tegas mengajak Verrel untuk melihat langsung dampak positif yang dirasakan oleh para orang tua siswa.
Om Zein juga mempertanyakan kekhawatiran Verrel mengenai program barak militer tersebut. Menurutnya, hampir seluruh orang tua siswa di Purwakarta justru merasa puas dan senang menitipkan anak-anak mereka untuk mengikuti program tersebut.
“Pro kontra kekhawatiran orang tua yang mana mas? Ini orang tuanya nitipin semua senang dititipin di sini,” tambahnya yang diunggah dalam media sosialnya dikutip Poskota pada Sabtu, 10 Mei 2025.
Dalam kesempatan itu, Om Zein bahkan menantang Verrel untuk ikut terlibat dalam membina para siswa bermasalah. “Nah gini deh mas, ini kan ada yang mau masuk 30, mas bagi dua aja deh mas. Mas 15, saya 15, yang 15 dengan cara mas, yang 15 kita lanjutkan dengan cara kita bina di barak militer. Yuk, om Zein tantangin,” cetusnya.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Klaim Program Didik Siswa Bermasalah di Barak Militer Tak Langgar HAM
Program barak militer yang dimulai pada 5 Mei 2025 lalu ini, telah memberangkatkan 29 siswa SMA dan SMK bermasalah ke Rindam III Siliwangi di Bandung.
Para siswa yang dikirim adalah mereka yang terlibat dalam berbagai perilaku negatif, seperti begadang, bolos sekolah, merokok, mengonsumsi miras, dan terlibat dalam pergaulan bebas.
Menurut Saepul Bahri, program ini bertujuan untuk memberikan pendidikan karakter dan membentuk kedisiplinan para siswa yang bermasalah.