POSKOTA.CO.ID - Klub sepak bola kebanggaan Jawa Barat, Persib Bandung, secara resmi menyatakan niat untuk mengajukan protes kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) atas kepemimpinan wasit yang dinilai tidak adil dalam laga pekan ke-32 Liga 1 Indonesia 2025 melawan Barito Putera.
Pertandingan yang berlangsung pada Jumat, 9 Mei 2025, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) tersebut berakhir imbang 1-1 dan memicu polemik di kalangan publik, terutama para pendukung fanatik Bobotoh.
Laga Sarat Tekanan dan Motivasi Ganda
Meskipun Persib telah mengunci gelar juara Liga 1 musim ini, tim asuhan Bojan Hodak tetap menurunkan skuad terbaik untuk menghadapi Barito Putera.
Baca Juga: Film Agak Laen Bakal Diremake Versi Korea, Begini Sinopsis Aslinya
Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada suporter yang memadati stadion, serta sebagai bagian dari perayaan gelar juara bersama publik Bandung.
Sebaliknya, Barito Putera datang ke pertandingan ini dengan semangat juang tinggi, mengingat mereka tengah berjuang keluar dari zona degradasi.
Ketimpangan motivasi antara tim juara dan tim papan bawah inilah yang kemudian melahirkan tensi tinggi sejak peluit awal dibunyikan.
Dalam pertandingan tersebut, tim tamu unggul terlebih dahulu di babak pertama melalui gol pemain asing, Jaime Moreno.
Persib yang mendominasi penguasaan bola sepanjang laga akhirnya hanya mampu menyamakan kedudukan di penghujung pertandingan setelah Yuswanto Aditya mencetak gol bunuh diri di masa injury time babak kedua.
"Ya, pertandingan yang sulit karena mereka berjuang untuk menghindari degradasi," ungkap Bojan Hodak dalam konferensi pers pascalaga.
Statistik dan Dominasi yang Tak Terbayar
Persib tampil dominan secara statistik. Sejak menit pertama, mereka mengendalikan ritme permainan dengan strategi penguasaan bola, sementara Barito Putera memilih bertahan dan mengandalkan serangan balik cepat.
Beberapa peluang emas tercipta melalui aksi Gervane Kastaneer, David da Silva, dan Febri Hariyadi. Namun, efektivitas serangan terbukti menjadi tantangan terbesar bagi Maung Bandung. Meski berulang kali masuk ke area pertahanan Barito, penyelesaian akhir yang buruk membuat mereka gagal mencetak gol dari open play.
"Mereka lebih fokus bertahan, namun sekali mendapat peluang, mereka bisa mencetak gol," terang Bojan Hodak.
Bahkan di babak kedua, pola permainan tetap sama. Persib mengurung Barito di area pertahanan sendiri, tetapi penyelesaian akhir masih menjadi pekerjaan rumah.
Kontroversi dan Kepemimpinan Wasit yang Disorot
Selain hasil imbang yang mengecewakan, sorotan utama dalam laga ini tertuju pada kepemimpinan wasit Gedion Dapaherang. Sejumlah keputusan dinilai tidak konsisten dan merugikan pihak tuan rumah.
Puncak kontroversi terjadi pada menit ke-85, ketika pemain Barito, Murilo, melakukan tekel keras dari belakang terhadap Febri Hariyadi.
Alih-alih mengeluarkan kartu merah, wasit hanya memberikan kartu kuning, keputusan yang memancing kemarahan dari jajaran pelatih dan pemain Persib.
"Kami tidak senang terhadap wasit hari ini, dan kami akan mengirimkan surat resmi kepada PSSI," tegas Hodak.
Tak hanya keputusan kartu, sejumlah pelanggaran yang terjadi di area kotak penalti Barito juga tidak mendapat respons tegas dari pengadil lapangan.
Situasi ini semakin menambah kekecewaan publik, terutama Bobotoh yang merasa hasil laga tidak mencerminkan jalannya pertandingan.
Reaksi Bobotoh dan Dukungan Media Sosial
Di media sosial, tagar seperti #ProtesWasit, #JusticeForPersib, dan #GedionOut menjadi trending topic lokal dalam hitungan jam setelah laga berakhir.
Banyak penggemar yang mengunggah video momen-momen kontroversial sebagai bukti visual bahwa wasit melakukan kesalahan yang berdampak langsung pada hasil pertandingan.
Sejumlah pengamat sepak bola juga ikut bersuara, menyebut bahwa kualitas kepemimpinan wasit di Liga 1 masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Protes resmi yang dilayangkan Persib dianggap sebagai langkah penting untuk menekan pembenahan sistem wasit secara menyeluruh.
Langkah Strategis: Protes ke PSSI
Dalam keterangan tambahan dari manajemen Persib, pihak klub akan segera mengirimkan surat resmi protes kepada PSSI sebagai bentuk keberatan atas kinerja wasit.
Proses ini dianggap legal sesuai dengan regulasi Liga 1, dan Persib berharap hal ini dapat menjadi evaluasi yang mendorong perbaikan mutu perangkat pertandingan.
Langkah tersebut bukan semata-mata demi mendapatkan pengakuan atas keputusan yang merugikan Persib, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral untuk menjamin fair play di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia.
Evaluasi Performa dan Fokus Laga Berikutnya
Meski hasil pertandingan tidak sesuai ekspektasi, Bojan Hodak tetap memberikan apresiasi kepada para pemain atas kerja keras mereka di lapangan.
Menurutnya, mentalitas kompetitif harus dijaga hingga akhir musim, meskipun gelar juara sudah dikunci.
Persib dijadwalkan masih memiliki sisa laga di pekan ke-33 dan 34. Dengan menyisakan dua pertandingan terakhir, pelatih asal Kroasia itu menyebut akan melakukan evaluasi internal terkait penyelesaian akhir dan manajemen tekanan.
Baca Juga: Telat Bayar Cicilan Pinjol Legal yang Sudah Jatuh Tempo? Begini Tips Lunasinya
Konteks Lebih Luas: Kualitas Wasit dan Profesionalisme Liga
Kontroversi ini sekali lagi menyoroti masalah lama dalam kompetisi Liga 1, yaitu kualitas wasit yang belum memadai secara konsistensi dan profesionalisme.
Dalam beberapa musim terakhir, protes dari klub terhadap kepemimpinan wasit bukanlah hal baru. Namun, langkah Persib kali ini dinilai lebih sistematis dan berbasis data visual dari tayangan ulang pertandingan.
PSSI dan PT LIB diharapkan tidak sekadar menjawab secara normatif, melainkan mengambil langkah konkret berupa pelatihan ulang wasit, rotasi perangkat pertandingan, hingga penggunaan teknologi VAR (Video Assistant Referee) sebagai solusi jangka panjang.
Demi Sepak Bola Indonesia yang Lebih Adil
Persib Bandung, sebagai klub dengan basis suporter terbesar di tanah air, memiliki tanggung jawab moral untuk turut mendorong perbaikan sistemik dalam dunia sepak bola nasional.
Protes terhadap wasit bukan bentuk ketidakpuasan atas hasil semata, melainkan bagian dari komitmen terhadap nilai-nilai keadilan dalam olahraga.
Diharapkan langkah ini menjadi preseden positif bagi klub-klub lain untuk tidak diam atas ketidakadilan, serta mendorong PSSI lebih terbuka dalam mengevaluasi perangkat pertandingan demi kemajuan sepak bola Indonesia.