Kriminolog UI Ungkap Penyebab Anak Berhadapan dengan Hukum

Minggu 04 Mei 2025, 13:49 WIB
Ilustrasi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak. (dokumen warga)

Ilustrasi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak. (dokumen warga)

Biasanya daerah anomi ada di pemukiman kumuh di perkotaan. Di daerah anomi tersebut pelanggan moral menjadi hal yang lumrah.

"Daerah anomi itu daerah yang tidak mengindahkan norma, moral, atau nilai. Biasanya di daerah di perkotaan yang orangnya padat banget, orang ngomong kasar itu biasa, mencuri itu biasa. Bahkan ketika terjadi kekerasan mereka menganggap bahwa itu bukan urusanku," beber Haniva.

Baca Juga: Kriminolog UGM: Waspada Peningkatan Kriminalitas di Jakarta Jelang Ramadan

Kemudian banyak anak berbuat kriminal dan berakhir sebagai ABH, juga imbas dari kegagalan lembaga sosial seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam melakukan sosialisasi dan pendidikan moral.

Sekolah seharusnya menjadi tempat anak-anak belajar tentang aturan dan konsekuensi hukum.

"Misalnya anak-anak harus tahu dan paham bahwa hukuman atas bullying atau kekerasan, agar mereka sadar akan batasan perilaku," kata Haniva.

Selanjutnya penanganan kasus atau proses hukum terhadap anak juga dapat memperkeruh keadaan. Banyak anak yang seharusnya mendapatkan rehabilitasi justru diproses secara hukum layaknya orang dewasa.

Padahal, anak-anak yang berhadapan dengan hukum sering kali adalah korban dari struktur sosial yang rusak, pengasuhan yang buruk, dan sistem hukum yang belum sepenuhnya melindungi hak mereka.

"Korban dari pengasuhan yang buruk. Sehingga kalau anak-anak melakukan kenakalan yang mungkin ada batas-batas tertentu, selain membunuh, itu masih harus direhabilitasi. Bukan dipenjarakan," jelas Haniva.

Menurut Haniva upaya yang nyata untuk menekan angka tindak pidana yang dilakukan usia anak sedang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mencetuskan pendidikan militer untuk anak-anak bermasalah.

Baca Juga: Orang Tua Habisi Anak di Tambun Selatan Bekasi, Kriminolog: Faktor Ekonomi

Dia menanggap pendekatan tersebut cukup efektif untuk membentuk karakter positif, mengajarkan cinta tanah air.

Berita Terkait

News Update