Gagal Panen di Bekasi: Petani Rugi Jutaan, Gabah Tak Laku

Rabu 23 Apr 2025, 13:57 WIB
Petani menanam ulang bibit padi di lahan persawahan di Desa Srijaya, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, beberapa waktu lalu. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia)

Petani menanam ulang bibit padi di lahan persawahan di Desa Srijaya, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, beberapa waktu lalu. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia)

BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Banjir yang merendam area pertanian di Kabupaten Bekasi membuat para petani di sejumlah desa di Kabupaten Bekasi, kelimpungan. Bencana itu bukan hanya meninggalkan genangan air, tapi juga menyisakan kerugian bagi para petani.

Mereka bukan cuma gagal panen, tapi juga mengalami penurunan drastis dalam kualitas gabah. Akibatnya gabah yang dihasilkan tak laku di pasaran. Apalagi, bantuan dari pemerintah yang mereka harapkan pun tak kunjung datang.

Petani di Kampung Gabus Desa Srijaya, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Afik, 48 tahun, mengaku rugi besar dalam musim tanam kali ini.

Sawah miliknya seluas 6.000 meter persegi biasanya menghasilkan hingga 4 ton gabah. Tapi setelah dua hari terendam banjir, hanya 7 kwintal gabah yang bisa ia bawa pulang.

Baca Juga: Viral Pembuangan Sampah Ilegal di Kali Bekasi, Netizen Minta Pemerintah Bertindak Cepat

“Dulu bisa dapat Rp20 juta. Sekarang cuma Rp3,5 juta. Itu pun belum dipotong sewa lahan dan modal,” ucapnya, akhir pekan lalu.

Afik sempat berupaya menyelamatkan tanaman padinya dengan menyemprotkan obat penyubur. Namun hasilnya tak sebanding dengan usaha yang telah ia keluarkan. Hingga hari ini, ia belum menerima sepeser pun bantuan dari pemerintah, meski sudah tercatat sebagai petani aktif di desa.

Kerugian akibat banjir tak hanya dirasakan oleh petani pemilik lahan. Namah, 55 tahun, buruh tani serabutan, juga terkena imbasnya. Biasanya dia mendapat upah dari mencabut rumput atau memanen padi sebesar Rp50 ribu per hari.

Namun karena banyak lahan yang gagal panen, penghasilannya turun drastis. “Sekarang paling cuma dapet dua puluh lima ribu. Kadang malah nggak ada kerja,” ucapnya.

Baca Juga: Tragis Ibu dan Anak Tewas Terpanggang Dalam Rumahnya di Bekasi

Meski begitu, semangatnya tak padam. Namah tetap bekerja sekuat tenaga demi mengirim uang untuk anaknya yang sedang menuntut ilmu di pondok pesantren.

"Saya sedih, karena penghasilan saya berkurang. Kiriman untuk anak juga jadi sedikit. Tapi saya ingin anak saya bisa sekolah tinggi, walaupun saya cuma buruh tani," ujarnya.

Cerita serupa datang dari Otong Zeki, 45 tahun, petani asal Desa Sukamekar, Kecamatan Sukawangi. Dari total lima hektare lahan sewaan, dia sudah mengeluarkan modal hingga Rp20 juta.

Tapi karena banjir yang terjadi berturut-turut, dia harus menanam ulang sampai tiga kali. Akibatnya, hasil panen tak sesuai harapan. “Rugi hampir Rp3 juta. Harusnya panen kali ini bisa buat nafkah keluarga. Tapi apa daya, banyak yang rusak," katanya.

Dia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah. Menurutnya, para petani bukan hanya butuh bantuan finansial, tapi juga pendampingan dan pelatihan agar bisa bangkit.

“Kami butuh arahan dan bimbingan. Jangan dibiarkan jalan sendiri,” ujarnya.

Selain itu, pemilik penggilingan padi juga ikut rugi. Sirun, 48 tahun, pemilik penggilingan di Desa Srimukti, Tambun Utara, mengaku hasil panen tahun ini sangat mengecewakan.

“Biasanya sehari bisa sampai 50 liter padi digiling di sini. Sekarang sepi, dan hasil panennya pun jelek,” kata Sirun.

Dia baru saja membeli gabah dari petani terdampak sebanyak 7 kwintal dengan harga Rp5.500 per kilo. Tapi gabah yang diterima ringan, agak kecoklatan, dan tidak sesuai standar kualitas. Meski begitu, ia tetap membeli untuk membantu para petani.

“Kalau saya enggak beli, mereka malah tambah susah. Tapi ya memang kualitasnya nggak memungkinkan buat dijual mahal. Bulog juga nggak mau beli dengan harga standar pemerintah,” jelasnya.

Sekretaris Kelompok Tani di Desa Gabus, Aji Saka, 55 tahun, menyampaikan keprihatinannya. Dia mengaku selalu mendengar keluhan para petani, terutama soal bantuan yang belum diterima. “Saya turut prihatin. Semoga petani tetap semangat dan bisa dapat hasil lebih baik di musim tanam mendatang,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.

Aji menjelaskan, semua petani yang sudah terdaftar seharusnya mendapatkan bantuan. Hanya saja, pembagian bantuan tidak boleh diwakilkan dan harus diambil langsung oleh petani bersangkutan.

“Banyak yang enggak hadir saat pembagian bantuan. Padahal mereka sudah terdaftar. Kami juga akan terus menyuarakan ke pemerintah agar bantuan bisa terus mengalir, baik dalam bentuk bibit, pupuk, maupun alat pertanian,” katanya. (CR-3)

Berita Terkait

News Update