"Saya sedih, karena penghasilan saya berkurang. Kiriman untuk anak juga jadi sedikit. Tapi saya ingin anak saya bisa sekolah tinggi, walaupun saya cuma buruh tani," ujarnya.
Cerita serupa datang dari Otong Zeki, 45 tahun, petani asal Desa Sukamekar, Kecamatan Sukawangi. Dari total lima hektare lahan sewaan, dia sudah mengeluarkan modal hingga Rp20 juta.
Tapi karena banjir yang terjadi berturut-turut, dia harus menanam ulang sampai tiga kali. Akibatnya, hasil panen tak sesuai harapan. “Rugi hampir Rp3 juta. Harusnya panen kali ini bisa buat nafkah keluarga. Tapi apa daya, banyak yang rusak," katanya.
Dia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah. Menurutnya, para petani bukan hanya butuh bantuan finansial, tapi juga pendampingan dan pelatihan agar bisa bangkit.
“Kami butuh arahan dan bimbingan. Jangan dibiarkan jalan sendiri,” ujarnya.
Selain itu, pemilik penggilingan padi juga ikut rugi. Sirun, 48 tahun, pemilik penggilingan di Desa Srimukti, Tambun Utara, mengaku hasil panen tahun ini sangat mengecewakan.
“Biasanya sehari bisa sampai 50 liter padi digiling di sini. Sekarang sepi, dan hasil panennya pun jelek,” kata Sirun.
Dia baru saja membeli gabah dari petani terdampak sebanyak 7 kwintal dengan harga Rp5.500 per kilo. Tapi gabah yang diterima ringan, agak kecoklatan, dan tidak sesuai standar kualitas. Meski begitu, ia tetap membeli untuk membantu para petani.
“Kalau saya enggak beli, mereka malah tambah susah. Tapi ya memang kualitasnya nggak memungkinkan buat dijual mahal. Bulog juga nggak mau beli dengan harga standar pemerintah,” jelasnya.
Sekretaris Kelompok Tani di Desa Gabus, Aji Saka, 55 tahun, menyampaikan keprihatinannya. Dia mengaku selalu mendengar keluhan para petani, terutama soal bantuan yang belum diterima. “Saya turut prihatin. Semoga petani tetap semangat dan bisa dapat hasil lebih baik di musim tanam mendatang,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.
Aji menjelaskan, semua petani yang sudah terdaftar seharusnya mendapatkan bantuan. Hanya saja, pembagian bantuan tidak boleh diwakilkan dan harus diambil langsung oleh petani bersangkutan.
“Banyak yang enggak hadir saat pembagian bantuan. Padahal mereka sudah terdaftar. Kami juga akan terus menyuarakan ke pemerintah agar bantuan bisa terus mengalir, baik dalam bentuk bibit, pupuk, maupun alat pertanian,” katanya. (CR-3)