BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Para nelayan kini enggan melaut lantaran sulitnya mendapat ikan, pasca pagar laut sepanjang lima kilometer membentang di sekitar Kampung Paljaya, Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
Ketua nelayan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mandala, Desa Segarajaya, Nurjalih 43 tahun mengatakan, ongkos untuk melaut membutuhkan modal yang cukup.
"Sekarang harus menghitung biaya bahan bakar, soalanya kondisinya enggak kayak dulu," kata Nurjalih di lokasi, Rabu, 15 Januari 2025.
Para nelayan kini kesulitan mendapat ikan lantaran keberadaan pagar laut yang membatasi perairan sekitar lokasi.
Baca Juga: Pagar Laut di Tarumajaya Bekasi Bikin Susah, Nelayan Terpaksa Jual Barang demi Sambung Hidup
Kondisi tersebut membuat para nelayan yang melaut dengan perahu kecil mereka, harus menjangkau lokasi yang lebih jauh agar mendapat ikan.
"Nelayan pakai perahu, bahan bakar pakai bensin (pertalite) kalau normal kita cuma isi dua liter per hari, sekarang perlu menyediakan lima liter air kalau mau berangkat, soalnya jalurnya sekarang membuat kita muter (jauh)," ujar dia.
Para nelayan memiliki keterbatasan saat melaut. Perahu kecil dengan mesin motor yang dipakai akan tidak maksimal jika terus digerakkan.
Nurjalih menyebut para nelayan dapat melaut mencari ikan dengan maksimal lima kilometer dari bibir pantai.
"Mereka ini kan nelayan kecil, sanggup melaut dengan kondisi perahu itu hanya dengan jarak 3 sampai 5 kilometer," ujarnya.
Kondisi cuaca dan angin laut yang berada di pesisir saat ini, membuat nelayan memikirkan resiko dan keselamatan.
Sedangkan keberadaan pagar laut, dinilai membuat tangkapan laut seperti ikan bandeng, duri, blanak, kepiting dan udang menjadi kabur, dan sulit didapati.
"Nelayan juga mirikin cuaca yang saat ini, kadang berangkat kadang tidak. Kita juga tidak hanya hitung pendapatan, selain adanya pager laut, pendapatan kita jadi gak maksimal," ucap dia.
Sementara, nelayan lainnya bernama Mitun 28 tahun membenarkan saat ini, aktivitas para nelayan sedang sepi melaut.
"Sekarang nelayan lagi sepi (melaut) ini karena anginnya kencang. Ya ada pagar laut itu keganggu juga kita ada efeknya," ujar Mitun.
Mitun saat ini, lebih memilih berada di rumahnya ketimbang melaut, jika dipaksakan, banyak pengeluaran dan penuh banyak resiko.
"Disini aja, masih mantau gitu lah, soalnya kalau melaut liat resiko juga," ucap dia.
Pagar laut terbuat dari bambu ini telah berdiri sejak awal 2024 lalu. Pagar tersebut berisi tanah dan ditutupi karung membentang di dua sudut, pada sisi kiri dan kanan perairan.