POSKOTA.CO.ID - Dalam ranah selebritas Indonesia, hubungan pribadi kerap menjadi konsumsi publik. Salah satu yang masih hangat dibicarakan adalah Wendy Walters, mantan istri dari konten kreator dan musisi Reza Arap.
Meski telah resmi bercerai pada tahun 2022, nama Wendy kembali mencuat, bukan karena kisah cintanya yang baru, melainkan karena sindiran dari orang-orang di sekitar Reza Arap, yang ramai disebut sebagai circle.
Namun di balik hiruk-pikuk komentar netizen dan keramaian media sosial, ada satu hal yang patut diapresiasi: keteguhan Wendy Walters dalam menghadapi sindiran dengan elegansi dan tidak terjebak pada drama publik.
Baca Juga: Dinas PPKUKM Jakarta Pastikan Pedagang Pasar Barito Bakal Dapat Kios Baru
Perceraian yang Singkat, Tapi Meninggalkan Jejak Emosional
Wendy Walters dan Reza Arap menikah di tengah perhatian publik yang besar. Namun usia pernikahan mereka hanya bertahan sekitar satu tahun.
Penyebab perpisahan mereka sempat menjadi spekulasi, namun baik Wendy maupun Arap cenderung menahan diri untuk tidak membongkar secara detail kepada publik.
Sebagai publik figur, pilihan mereka untuk tidak menyulut kontroversi sebenarnya patut diapresiasi. Namun, dalam dinamika sosial media yang tak mengenal batas privasi, sikap diam mereka justru sering ditafsirkan beragam. Ketika Wendy tetap tenang, justru pihak-pihak di sekitar Arap yang tampak tak bisa menahan diri.
Etika Circle Selebritas: Ketika Pertemanan Menjadi Bumerang
Apa yang disebut sebagai “circle” di kalangan selebritas sering kali membawa pengaruh besar—baik secara personal maupun publik. Dalam kasus ini, beberapa anggota circle Reza Arap diduga menyindir Wendy Walters secara tersirat hingga terang-terangan di media sosial.
Respons Wendy pun muncul dengan gaya bahasa yang tajam namun berkelas. Melalui akun X (Twitter)-nya @_Wendywalters, ia menyatakan:
"Ngeluarin bukti, tar gw yang dibilang drama dan berkoar-koar. Udah diam, ga ngeluarin bukti, circlenya sengaja berusaha bersihin tainya."
Pernyataan ini menyiratkan dilema yang sering dialami perempuan pasca-perceraian: berbicara dianggap mencari perhatian, diam pun tetap diserang. Perspektif ini membuka ruang diskusi tentang bagaimana standar ganda masih kuat mewarnai opini publik terhadap perempuan yang memilih menjaga privasi.