Kopi pagi: Kelas Menengah Perlu ‘Bansos’

Senin 09 Sep 2024, 08:33 WIB
kopi-pagi-kelas-menengah-perlu-bansos. (Poskota)

kopi-pagi-kelas-menengah-perlu-bansos. (Poskota)

“Bantuan produktif akan lebih berproduktif lagi, jika dilengkapi dengan pelatihan keterampilan, bagaimana menggunakan kail (alat produksi), jaminan sosial, umpan (modal), dan akses pasar..”

-Harmoko-

Tantangan ekonomi ke depan bukan semakin ringan, malah diprediksi kian berat yang akan berdampak kepada kehidupan masyarakat.

Seiring dengan itu, bantuan sosial (bansos) atau apa pun istilahnya sebagai jaring pengaman sosial wajib terus dihadirkan guna mengerek, setidaknya mempertahankan daya beli masyarakat.

Diketahui, masih rentannya kondisi ekonomi dunia, selain ancaman geopolitik global, dapat berdampak kepada stabilitas ekonomi Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi domestik yang ditargetkan sebesar 8 % pada pemerintahan mendatang.

Pesimis?Jawabnya tentu saja tidak, bahkan harus selalu optimis, mengingat di balik tantangan yang menghadang, terbuka banyak peluang mencapai tujuan.

Hanya saja setiap tantangan harus dipetakan, diurai secara rinci guna mendapatkan solusi.

Sejumlah ahli menilai kondisi ekonomi masih lesu, dengan indikator masih tingginya angka kemiskinan(9,03%), angka ketimpangan juga masih relatif tinggi (0,379 %), begitupun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih 0,713 dari rata-rata negara maju yang di atas 0,8 sersen.

Tak kalah pentingnya daya beli masyarakat yang masih stagnan, meski pandemi Covid-18, telah berlalu, membuat pertumbuhan ekonomi hanya menembus angka 5 persen.

Di sisi lain, program pemulihan ekonomi nasional masih menyisakan sejumlah persoalan. Ini ditandai dari banyaknya masyarakat yang banting setir dengan bekerja ke sektor informal yang belum tentu bisa mengkompensasi pendapatan mereka ketika bekerja di sektor formal.

Artinya makin banyak orang yang sebelumnya bekerja penuh waktu ( full time) menjadi paruh waktu (part time), dengan pendapatan yang jauh di bawah ketika bekerja full time.

Kondisi tersebut, boleh jadi, menjadi salah penyebab menurunnya jumlah anggota masyarakat kelas menengah.

Sejalan dengan itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia sebanyak 47,85 juta jiwa pada tahun 2024. 

Jumlah ini menurun dibandingkan 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa. Rata-rata jumlah

kelas menengah setiap tahun turun sebanyak 2 juta jiwa.

Menurunnya jumlah kelas menengah ini akan berdampak kepada pelemahan ekonomi nasional, mengingat populasinya cukup besar, dalam konteks konsumsi rumah tangga.

Jika tingkat konsumsi rumah tangga kelas mayoritas ini terus menurun dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi sebagaimana diharapkan.

Salah satu solusinya, ada pekerjaan rumah baru bagi pemerintahan mendatang. yakni memberikan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat kelas menengah agar tetap bertengger di kelasnya, bila perlu naik kelas.

Artinya bansos bukan hanya untuk warga miskin, kelas menengah pun, saat sekarang ini perlu bansos.

Tentu, bansosnya berbeda dengan yang diberikan kepada masyarakat kelas bawah sebagaimana dilakukan selama ini seperti BLT, sembako dan lain-lain.

Jika bantuan kepada warga miskin untuk dikonsumsi, bagi kelas menengah adalah alat produksi. Kuncinya menciptakan lapangan bagi mereka di sektor infrastruktur seperti program padat karya di sejumlah daerah. Ini yang bersifat makro, sedangkan di sektor usaha swasta lebih memberdayakan UMKM.

Bagaimana memaksimalkan UMKM dalam menyerap tenaga kerja dengan memberikan insentif, tak hanya soal pembiayaan, pajak, juga iklim usaha yang baik, termasuk akses pasar.

Dapat diibaratkan jika kepada masyarakat miskin, diberikan ikan, sementara kepada kelas menengah dengan memberikan kail.

Dengan memberi kail, membuat orang kreatif dan mandiri, berupaya melakukan usaha dengan mencari ikan sendiri, bahkan bisa mendapatkan ikan yang jauh lebih banyak untuk membantu orang lain, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Memberi bantuan kepada orang lain agar dapat mandiri sangat diharapkan. Bantuan semacam ini, sejalan dengan pedoman bangsa kita. Sesuai dengan nilai-nilai falsafah bangsa sebagaimana tercermin pada butir kelima sila Pancasila.

Bantuan akan lebih produktif lagi, jika dilengkapi dengan pelatihan keterampilan, bagaimana menggunakan kail (alat produksi) agar dapat menjaring sebanyak mungkin ikan berkualitas, jaminan sosial, umpan (modal), dan akses pasar.

Dengan bantuan produktif ini diharapkan, tak hanya akan memperbanyak jumlah kelas menengah, juga mengatrol kelas menengah ke level atas. Semoga. (Azisoko)


Berita Terkait


News Update